Tidak ada firasat aneh yang dirasa Maspupah kala itu.
Namun, siapa sangka, tangannya tidak akan dicium sang anak lagi.
Begitu pula dengan pijatan di punggung.
Keesokan harinya, rumah Maspupah didatangi delapan polisi.
Mereka membawa kabar duka tersebut.
Tangis Maspupah pecah di kontrakan tempat mereka tinggal.
Badannya lemas hingga akhirnya pingsan.
Para polisi itu kemudian mengajak Maspupah melihat jenazah Yadi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Dalam perjalanan, Maspupah heran ketika polisi malah mampir ke rumah makan untuk mengisi perut.
Dia tidak habis pikir, pada saat seperti itu, polisi masih memikirkan urusan perut.
"Polisi ngajak makan dulu. Saya sempat ditawari makan. Nggak ah makasih sudah kenyang," ucap Maspupah.
Ketika sampai ke rumah sakit, tangis Maspupah makin pecah kala melihat wajah anaknya.
Tubuh Yadi kaku dan membiru.
Saat itu, Maspupah diminta menandatangani surat oleh polisi.