Akan tetapi acara harus tetap dilaksakan.
Untungnya hari ini cuaca cerah dan banjir tetap tidak menggenangi rumah mereka.
Listrik padam dan tak ada air bersih
Kendala tak berhenti di situ, listrik padam dan tidak adanya air bersih juga cukup menyulitkan mereka dalam melangsungkan pernikahan.
"Nyuci piring saja kagak ada airnya, mau bikin kue kagak ada air, pakai galon," ujar Samiih.
Meski gelap-gelapan, dengan segala keterbatasan hari bahagia harus tetap berlangsung.
Baca: Ciledug Banjir, Warga Memilih Berdiam Diri di Rumah untuk Jaga Harta Benda
Sama sekali tak ada raut kemalangan atau kesedihan di wajah mereka.
Saat berbincang-bincang dengan tamu yang datang pun mereka tak henti-hentinya tertawa.
"Ya setidaknya hari ini bisa jadi cerita untuk anak nanti," kata Ferry sambil tersenyum lepas.
Bertamu ke pernikahan Eko dan Syifa
Kompas.com berkunjung ke kediaman mereka bersama dengan aparat dari Kelurahan Pegangsaan Dua.
Kami berangkat dari Kelurahan Pegangsaan Dua menggunakan mobil pickup Satpol PP yang bagian belakangnya dipasangi bangku.
Mobil harus menerobos genangan setinggi 30 sentimeter ketika melintas di Jalan Gang Masjid, Pegangsaan Dua menuju Masjid At-Taqwa yang jadi tempat pengungsian.
Dari sana, kami harus menggunakan perahu karet yang difungsikan untuk membantu evakuasi warga terdampak banjir.