"Sore itu ada nasi sedikit, dibawa ke atas tumpah, terus sore dibantu sama saudara," ungkap Suminem.
"'Mau beli nasi enggak?' 'Tolong deh' 'Cuma telur ceplok doang' mentah nasinya enggak jadi makan," imbuhnya.
Kondisi Suminem dan para tetangga bertahan di atap berlangsung hingga dua hari sampai akhirnya banjir surut.
Bahkan hingga saat ini kondisi pemukiman Suminem belum sepenuhnya pulih dan masih ada yang berbenah.
"Dua hari itu baru dikeluar-keluarin, sampai sekarang pun yang ngeluarin begini (barang korban banjir) masih banyak," kata Suminem.
Suminem mengaku pihak Pemprov Jakarta sama sekali tidak mendatangi pemukimannya untuk memberi bantuan.
"Setelah banjir kemudian surut, itu tidak ada satu pun dari perwakilan pemerintah yang datang untuk melihat kondisi para korban?" tanya presenter Seera Safira.
"Enggak ada, yang sekarang enggak ada," ungkap Suminem.
Suminem dan para tetangga hanya sempat mendapat bantuan dari gereja meski distribusinya tidak merata.
"Cuma kemarin dapat kiriman dari gereja, tapi enggak rata orang namanya orang segitu banyak," tuturnya.
Suminem berharap dengan gugatannya ini, Pemprov Jakarta bisa lebih peduli terhadap korban banjir, terutama yang bertempat tinggal dekat sungai.
Ketika ditanya permintaannya untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Suminem berharap ada ganti rugi lantaran ia tak bisa berjualan selama berhari-hari.
"Kalau saya, kalau bisa, harus bisa ya, minta ganti rugi," pinta Suminem.
"Saya kan selama habis itu (banjir) enggak bisa cari nafkah," sambungnya.