News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Siswi SMP Bunuh Bocah

Film Horor jadi Pemicu Siswi SMP Bunuh Bocah, KPI: Harus Dipikirkan Pengaturan Media Baru Ramah Anak

Penulis: Nuryanti
Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi film horor chucky dan TKP pembunuhan bocah oleh remaja di Jakarta Pusat

TRIBUNNEWS.COM - Siswi SMP yang membunuh bocah berusia 6 tahun di Jakarta Pusat, mengaku terinspirasi dari adegan film horor yang ditontonnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Agung Suprio menyebut, tayangan yang mengandung unsur kekerasan akan membuat penontonnya terpengaruh.

Sehingga, pihaknya selalu mengkaji tayangan di televisi yang mengandung unsur kekerasan.

Namun, Agung belum bisa memastikan pelaku berinisial NF (15) itu menonton film horor dari televisi atau media lain.

"Sejauh ini, KPI juga telah memberikan sanksi kepada Lembaga Penyiaran yang menayangkan konten kekerasan," kata Agung, dikutip dari Kompas.com, Senin (9/3/2020).

Ia mengatakan, sebuah film yang tidak ditayangkan di televisi, bisa ditayangkan di platform lain seperti YouTube.

Baca: Pengakuan ABG Pembunuh Bocah 6 Tahun di Jakpus, Ngaku Ditinggal Orang Tua Kandung karena Bercerai

Baca: Alih-alih Psikopat, Psikolog Sebut Siswi Pembunuh Bocah Bisa Berpotensi Jadi Sosiopat, Apa Bedanya?

Agung mengaku, pihaknya belum bisa untuk menjangkau platform tersebut untuk upaya pengawasan.

"Dengan kasus seperti ini, sudah harus dipikirkan bagaimana pengaturan atas media baru sehingga ruang publik kita menjadi nir kekerasan, ramah anak, dan ramah perempuan," katanya.

Ia menyampaikan, KPAI sudah mengatur jam tayang untuk anak-anak.

Sehingga, orangtua bisa mengawasi dan mendampingi anaknya saat menonton televisi.

Berbeda halnya dengan YouTube yang belum memiliki sistem seperti itu.

"Oleh karena itu, sangat dimungkinkan seorang anak atau remaja menonton film horor di YouTube tanpa didampingi orang tua," katanya.

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Agung Suprio (Fitri Wulandari/Tribunnews.com)

Respons KPAI

Sebelumnya, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti mengatakan, adegan dalam sebuah film bisa memengaruhi perilaku anak-anak yang memang mempunyai sifat peniru.

"Anak adalah peniru ulung dari apa yang dia lihat langsung di lingkungannya atau dia lihat melalui tayangan di televisi dan film," kata Retno, dikutip dari Kompas.com, Minggu (8/3/2020).

Menurut Retno, ada faktor lain yang mendasari pelaku tega untuk membunuh tetangganya tersebut.

Sehingga, tidak sepenuhnya motif pembunuhan didasari oleh film yang pernah ditonton.

"Meskipun dampak tayangan tersebut bukanlah faktor tunggal, bisa saja ada faktor lain yang memicu perilaku tersangka," ungkapnya.

Baca: Makna 13 Gambar Karya Siswi SMP di Jakarta yang Bunuh Bocah 5 Tahun

Baca: Ibu Siswi SMP Pembunuh Bocah Minta Maaf, Ayah Korban: Dia Baik Sama Anak Saya, seperti Anak Sendiri

Ia kemudian meminta adanya pengawasan dari orang tua terkait tontonan dari anaknya.

"Di sinilah pentingnya para orang tua untuk melakukan pendampingan dan pengawasan terhadap apa yang ditonton anak-anak mereka, baik melalui televisi maupun aplikasi YouTube."

"Mengingat mayoritas anak sudah memiliki telepon genggam," jelas Retno.

Komisioner KPAI Retno Listyarti (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Senada dengan Retno, Komisioner KPAI, Ai Maryati juga mengingatkan peran dari orangtua, agar selalu memantau kegiatan dari anaknya di rumah maupun kehidupan sosialnya.

Orangtua juga harus mendampingi anaknya menonton televisi termasuk film saat berada di rumah.

"Orangtua harus tahu pergerakan anak, dengan siapa dia bergaul."

"Dia sudah makan, belajar, tidur di rumah, tapi dalam ranah sosial? Jangan-jangan kita tidak tahu apa-apa," kata Ai, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (7/3/2020).

Baca: Akui Prihatin, Polisi Buka Kehidupan Gadis Pembunuh Bocah di Jakpus: Kurang Beruntung Anak Ini

Baca: Berbagai Tulisan dan Gambar Horor Remaja Pembunuh Bocah 6 Tahun, Ada Pesan Kematian untuk Ayahnya

Ia menyebut, anak yang masuk pada usia remaja, cenderung untuk terdorong melakukan hal-hal baru yang belum diketahui sebelumnya.

Anak-anak sering menirukan apa yang dilihatnya, termasuk adegan dalam film yang ditonton.

"Anak-anak yang awalnya tidak penasaran jadi penasaran, yang awalnya tidak mau melakukan jadi melakukan, oleh sebab itu peran orangtua itu sangat urgent (penting)," jelas Ai.

Wakapolres Metro Jakarta Pusat AKBP Susatyo Purnomo memperlihatkan buku catatan pelaku pembunuhan bocah 6 tahun di Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI)

Terinspirasi Film Chucky

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus menyebut, satu diantara film yang sering ditonton oleh NF yakni Chucky.

Film tersebut diketahui mengisahkan tentang boneka pembunuh.

"Tersangka ini sering menonton film horor. Salah satunya Chucky."

"Dia senang menonton film horor itu memang hobinya itu," kata Yusri, dikutip dari Kompas.com, Minggu.

Ia mengungkapkan, pelaku menyerahkan diri ke polisi dan kooperatif dalam menjalani pemeriksaan.

Baca: Siswi SMP Pembunuh Bocah 6 Tahun Kembali Diperiksa Kejiwaannya oleh Dokter dan Psikiater

Baca: Remaja Pembunuh Bocah Gambar Sepasang Mata, Psikolog Forensik Ungkap Cara Analisis Gambar Wajah

Pelaku mengaku mempunyai hasrat untuk membunuh orang dan sudah tak terbendung lagi keinginannya itu.

Sehingga, NF membunuh korban yang saat itu sedang berada di rumah.

"Memang tersangka ini punya hasrat untuk membunuh orang, tapi saat hari ini dia sudah tidak bisa menahan lagi," ungkap Yusri.

(Tribunnews.com/Nuryanti) (Kompas.com/Rindi Nuris Velarosdela/Ardito Ramadhan/Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini