Ia mengatakan, NF merupakan korban dari keluarga dan lingkungan yang tak memahami dirinya.
"Dia ini korban, jadi jangan bilang dia pelaku, kenapa jadi pelaku? karena dia korban."
"Korban dari agensi keluarganya tadi, dan lingkungan," ujar Haniva Hasna, dikutip dari YouTube Indonesia Lawyers Club, Rabu (11/3/2020),
Baca: Kronologi Lengkap Bocah 5 Tahun Dibunuh Siswi SMP, Ibu Korban Akui Anaknya Tak Dekat dengan Pelaku
Baca: Ibu Bocah yang Dibunuh Siswi SMP Ungkap Pengakuan Ibu Pelaku, Sebut Lihat Korban tapi Bajunya Basah
Ia menyebut, kedekatan pelaku dengan keluarga berperan besar dalam menentukan tindakannya.
"Pada saat dia enggak ada kedekatan, enggak ada tanggung jawab," ungkapnya.
"Saat anak tidak merasa punya kedekatan apapun dengan orangtuanya, dia akan bebas melakukan apapun," jelas Haniva.
Menurutnya, pelaku tidak merencanakan kehidupannya ke depan setelah lulus dari bangku SMP.
"Yang kedua, komitmen dia apa? 15 tahun harusnya dia sudah memikirkan SMA apa, dia harus memikirkan jurusannya apa, tujuan hidupnya apa, enggak ada sama sekali," katanya.
Selanjutnya, perbuatan NF itu menunjukkan tidak adanya kedekatan pelaku dengan masyarakat dan pihak sekolah.
"Ketiga, involvement, keterlibatan dia di masyarakat, keterlibatan dia di sekolah, berarti tidak ada sama sekali," lanjutnya.
Baca: Grafolog Ungkap Tulisan Tangan Siswi SMP Pembunuh Bocah: Berubah Ekstrem, Ada Sudut Tajam Tak Lazim
Baca: Kata Grafolog soal Tulisan Siswi SMP yang Bunuh Bocah 6 Tahun, Sinyal Butuh Bantuan Sudah Terlihat
Ia menyebut, keyakinan beragama juga bisa memengaruhi seseorang untuk mengurungkan niat melakukan kejahatan.
Namun, menurutnya, NF juga tidak memiliki faktor yang keempat ini.
"Terakhir adalah believe, agama, norma, aturan, enggak ada sama sekali," imbuh Haniva.
Terinspirasi Film Chucky