TRIBUNNEWS.COM - Remaja berinisial NF (15) yang menjadi pelaku pembunuhan bocah berinisial APA (6), diperiksa secara fisik dan laboratorium di Rumah Sakit Polri Kramat Jati.
Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati, Kombes Sumy Hastry Purwanti menyebut, menonton film yang mengandung unsur kekerasan bisa memengaruhi perilaku.
Ia menyebut, tidak adanya rasa empati juga bisa membuat seseorang merasa puas setelah menyakiti orang lain.
Sehingga, pihaknya mencoba untuk mendekati pelaku selama menjalani pemeriksaan.
"Itu memengaruhi, dasarnya tidak memiliki empati. Makanya saat ini lagi diperiksa, didekati. "
"Tidak hanya pemeriksaan secara fisik, secara laboratorium juga," kata Hastry di RS Polri Kramat Jati, Rabu (11/3/2020), dikutip dari TribunJakarta.com.
Baca: Otak Remaja SMP Pembunuh Bocah di Sawah Besar Diteliti untuk Tahu Penyebab Ia Minim Empati
Baca: Tetangga Bersyukur Anaknya Tak Main Saat Siswi SMP Bunuh Bocah, Ungkap Aduan Ibu Tiri ke Ibu Kandung
Ia menambahkan, sering membaca atau menonton film, bisa mengurangi kegiatan sosialisasi di lingkungan.
Bahkan, juga bisa untuk memengaruhi tindakan yang akan kita ambil.
"Kalau dia terlalu candu, maniak atau inginnya nonton terus seperti itu, lama-kelamaan memang memengaruhi dia," kata Hastry.
Namun, pihaknya membutuhkan waktu untuk bisa mengetahui kondisi kejiwaan dari NF.
Orang terdekat dari tersangka juga ikut diperiksa, namun tergantung pada pertimbangan tim dokter psikiatri jiwa forensik.
"Menonton yang menyeramkan atau membahayakan perkembangan jiwanya, lingkungan keluarganya dilihat juga," imbuhnya.
NF Disebut jadi Korban dari Keluarga dan Lingkungan
Kriminolog anak, Haniva Hasna menyebut, ada empat faktor pelaku NF disebut menjadi korban dalam kasus pembunuhan bocah 6 tahun tersebut.
Ia mengatakan, NF merupakan korban dari keluarga dan lingkungan yang tak memahami dirinya.
"Dia ini korban, jadi jangan bilang dia pelaku, kenapa jadi pelaku? karena dia korban."
"Korban dari agensi keluarganya tadi, dan lingkungan," ujar Haniva Hasna, dikutip dari YouTube Indonesia Lawyers Club, Rabu (11/3/2020),
Baca: Kronologi Lengkap Bocah 5 Tahun Dibunuh Siswi SMP, Ibu Korban Akui Anaknya Tak Dekat dengan Pelaku
Baca: Ibu Bocah yang Dibunuh Siswi SMP Ungkap Pengakuan Ibu Pelaku, Sebut Lihat Korban tapi Bajunya Basah
Ia menyebut, kedekatan pelaku dengan keluarga berperan besar dalam menentukan tindakannya.
"Pada saat dia enggak ada kedekatan, enggak ada tanggung jawab," ungkapnya.
"Saat anak tidak merasa punya kedekatan apapun dengan orangtuanya, dia akan bebas melakukan apapun," jelas Haniva.
Menurutnya, pelaku tidak merencanakan kehidupannya ke depan setelah lulus dari bangku SMP.
"Yang kedua, komitmen dia apa? 15 tahun harusnya dia sudah memikirkan SMA apa, dia harus memikirkan jurusannya apa, tujuan hidupnya apa, enggak ada sama sekali," katanya.
Selanjutnya, perbuatan NF itu menunjukkan tidak adanya kedekatan pelaku dengan masyarakat dan pihak sekolah.
"Ketiga, involvement, keterlibatan dia di masyarakat, keterlibatan dia di sekolah, berarti tidak ada sama sekali," lanjutnya.
Baca: Grafolog Ungkap Tulisan Tangan Siswi SMP Pembunuh Bocah: Berubah Ekstrem, Ada Sudut Tajam Tak Lazim
Baca: Kata Grafolog soal Tulisan Siswi SMP yang Bunuh Bocah 6 Tahun, Sinyal Butuh Bantuan Sudah Terlihat
Ia menyebut, keyakinan beragama juga bisa memengaruhi seseorang untuk mengurungkan niat melakukan kejahatan.
Namun, menurutnya, NF juga tidak memiliki faktor yang keempat ini.
"Terakhir adalah believe, agama, norma, aturan, enggak ada sama sekali," imbuh Haniva.
Terinspirasi Film Chucky
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus menyebut, satu diantara film yang sering ditonton oleh NF yakni Chucky.
Film tersebut diketahui mengisahkan tentang boneka pembunuh.
"Tersangka ini sering menonton film horor. Salah satunya Chucky."
"Dia senang menonton film horor itu memang hobinya itu," kata Yusri, dikutip dari Kompas.com, Minggu (8/3/2020).
Ia mengungkapkan, pelaku menyerahkan diri ke polisi dan kooperatif dalam menjalani pemeriksaan.
Pelaku mengaku mempunyai hasrat untuk membunuh orang dan sudah tak terbendung lagi keinginannya itu.
Sehingga, NF membunuh korban yang saat itu sedang berada di rumah.
"Memang tersangka ini punya hasrat untuk membunuh orang, tapi saat hari ini dia sudah tidak bisa menahan lagi," ungkap Yusri.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (TribunJakarta.com/Bima Putra) (Kompas.com/Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar)