Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Di tengah pengendalian kewaspadaan infeksi virus corona (COVID-19), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga dihadapkan pada penyakit demam berdarah dengue (DBD). Tingkat kewaspadaan keduanya tetap dijaga.
"DBD bukan sesuatu yang baru kita kenal. Jadi meski sedang hadapi pengendalian tentang COVID-19, kewaspadaan terhadap DBD tetap kita jaga," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).
Dinkes DKI mengungkap angka kasus DBD periode ini menurun dari periode tahun sebelumnya.
Jumlah penderita DBD di bulan Januari 2019 sebesar 989 jiwa. Sedangkan pada Januari 2020 hanya 276 orang.
Baca: 5 Pelajar Diperiksa dalam Kasus Video Viral Siswi SMA Digerayangi, Begini Pengakuan Para Pelaku
Baca: Sempat Hilang Terseret Arus Pantai Berawa Canggu Bali, Imam Ditemukan Tak Bernyawa
Baca: Karni Ilyas Jawab Kekhawatiran Keluarga Korban ABG Pembunuh: Enggak Ada yang Bisa Mengusir Dia
Sementara di bulan Februari 2019 ada 1.569 orang penderita DBD. Tapi pada Februari 2020 menurun hingga lebih dari setengahnya, yakni 600 orang.
Begitu pula pada angka penderita DBD di bulan Maret 2019 dengan 1.983 orang, berbanding 90 orang hingga 11 Maret 2020.
Salah satu faktor DBD yaitu datangnya musim penghujan yang menyebabkan kelembaban atau adanya genangan pada sudut-sudut wilayah dekat rumah. Tempat tersebut jadi lokasi sempurna bagi nyamuk penyebab DBD Aedes aegypti.
Menanggulanginya, Pemprov DKI berkoordinasi dengan BMKG dalam hal early warning system atau sistem peringatan dini di musim hujan.
Di sisi lain masyarakat juga diimbau menerapkan hidup sehat dan menggalakkan gerakan PSM 3M.
Gerakan ini bermakna pemberantasan sarang nyamuk (PSM) dan menutup, menguras dan mengubur (3M) barang-barang bekas. Wadah yang bisa menampung air juga diimbau untuk ditutup.
Hal ini guna mencegah nyamuk masuk untuk bertelur dan berkembang biak.
"Termasuk bagaimana bahu membahu dengan segenap lapisan masyarakat melalui gerakan PSM 3M," kata Widyastuti.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mencatat ada 17.820 kasus penularan DBD di seluruh Indonesia. Data ini adalah hasil pemantauan srjak Januari hingga 11 Maret 2020.
Dari 17.820 kasus, ada 104 kasus kematian karena penularan DBD. Wilayah paling tinggi tingkat kematiannya ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan 32 orang meninggal.