News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Eksklusif Tribunnews

Cerita Charles, Pembuat Peti Jenazah: Peti untuk Korban Covid-19 Pakai Kayu Sengon

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Charles, pembuat peti jenazah

Takutnya jenazah ini korban Covid-19. Tidak boleh, makanya harus minta ijin. Ditanya dulu, status yang meninggal ini status apa. Apakah dia bukan Corona, PDP atau sudah positif. Ada statusnya, maka itu tidak bisa sembarangan.

Saya kemarin menghadapi juga begitu. Ternyata jenazah status dalam PDP, yang ketika saya mengantar peti kemarin. Kalau udah PDP, akan diurus Pemprov DKI.

Per hari harus 20 unit peti, bisa dijelaskan kesulitan memenuhi permintaan tersebut?
Sebelum ada Covid-19 per hari kita biasanya bikin 10 unit. Kalau sekarang harus 20, kita kesulitan tenaga kerjanya saja. Jadi dengan jumlah yang terbatas kita akhirnya harus kerja 24 jam nonstop. 20 peti jenazah Covid-19.

Saya juga sudah sampaikan kepada pihak penyumbang bahwa kita punya masalah kekurangan tenaga.

Selain itu jarak dengan warga harus kita pertimbangkan ketika membuat peti. Tengah malam orang-orang pada tidur kita "Kletang-kletung" buat peti. Karena di sini kita kerja, di sana sudah nagih.

Baca: Bhabinkamtibmas, Babinsa, RT, dan RW Jadi Ujung Tombak Hentikan Penularan Covid-19 Selama PSBB

Hari ini kita kerja malam, besok siang harus sudah diantar pukul 12:00 WIB. Karena itu yang namanya Covid-19 ini jenazahnya harus langsung dikubur, tidak boleh lewat dari tiga jam. Kalau lewat dari tiga jam bisa berbahaya bagi orang lain.

Berpacu dengan waktu juga ya?
Iya mas. Tepat. Kurang tidur, kurang istirahat. Tapi ya mau tidak mau, sifatnya relawan ya mau tidak mau kita harus kerjakan.

Pandangan pribadi mas Charles soal menjadi relawan pembuat peti jenazah Covid-19?
Kalau kita jujur sih kita sifatnya relawan. Untuk membantu saja. Tapi kalau kita egois, maaf, bisa saja kita mahalin. Kalau sini orang-orang bilang soal karma, ada yang baik dan buruk. Jadinya mau tidak mau saya dan kita semua relawan harus memberi yang terbaik.

Kadang harus nombok dan kesulitan dana saat membuat peti?
Bahan membuat peti itu  mahal. Termasuk cat untuk peti. Tapi karena kita sifatnya sosial kadang ada yang menyumbang semua kebutuhan untuk membuat peti ini. Kadang kita ada modal sekian, kita buat cukup untuk membuat peti ini.

Kadang saya juga minta tolong kepada yang jual supaya tidak memainkan harga.  Memang harus ada keikhlasan di sini. Dan juga perlu kesabaran, biarpun kita dimarahin warga karena jam tidurnya terganggu, saya maklum.

Baca: Kisah Mantan Gelandang Timnas Thailand Mengenai Kenangan dengan Persib Bandung

Tapi saya juga syukur karena warga pun akhirnya maklum kalau saya sedang buat peti malam-malam.

Baca: Ini Daftar Lengkap Libur Nasional dan Cuti Bersama 2020 yang Jadwalnya Digeser Karena Corona

Sejak kasus kematian pertama Covid-19, total sudah berapa unit peti yang mas Charles buat?
Untuk data pesanan total sudah ada 1500 unit peti jenazah Covid-19 yang sudah kita buat dan kita antar. Itu mulai dari jatuhnya korban, kalau saya tidak salah pertengahan Februari sampai sekarang. Sudah 1500 unit. Ditambah ada yang donasi juga sudah menyumbangkan 130 peti.

Kendala ketika mengantar atau membuat peti jenazah Covid-1?
Faktor alam. Kalau hujan terhambat proses pembuatan peti. Dari pemerintah tidak menyediakan lokasi pembuatan peti, semua bikin peti di tempat pribadi.  Harga peti turun banget. Drastis.

Tapi karena sosial kita mau tidak mau harus ikhlas. Mungkin dengan cara seperti ini, kita kan tidak tahu di mana Tuhan meletakan rejeki, di mana lokasinya, di situlah nanti kita dilipatgandakan.

Baca: Penggalangan Donasi yang Diinisiasi Glenn Fredly untuk Bantu Warga Terdampak Covid-19 Terus Berjalan

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini