Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lebaran tanpa kemeriahan, turut dirasakan masyarakat Indonesia di masa pandemi seperti sekarang ini.
Jika biasanya kita berkumpul di masjid untuk beribadah sepanjang Ramadan, kini hanya bisa melakukannya dari rumah saja.
Larangan untuk berkunjung ke pusat keramaian pun terus digalakkan pemerintah guna memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Baca: Lebaran jadi Spesial Kalau Resep Lontong Ayam Pedas Taoco Ini Tersaji di Meja Makan!
Lalu bagaimana dengan para penyandang masalah sosial yang berada di tempat penampungan?
Tribunnews.com berkesempatan mendatangi panti-panti sosial yang berada di wilayah Cipayung Jakarta Timur, yakni Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 yang menampung Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang dibawa oleh Dinas Sosial DKI Jakarta.
Sebagian besarnya adalah penyandang PMKS yang telantar di jalanan.
Menurut Kepala Satpel Pembinaan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Daniel Rusdi, sebagian di antaranya merupakan warga binaan sosial dalam katagori total care, yakni membutuhkan bantuan sepenuhnya dalam melakukan perawatan diri.
Sementara sebagian lainnya merupakan Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) yang agak sulit untuk diajak berkomunikasi.
Baca: Imam Besar Istiqlal Ajak Umat Islam Salat Idul Fitri di Rumah: Jaga Kesehatan Diri itu Wajib
"Mereka artinya bed rest, hanya bisa terbaring di tempat tidur dan membutuhkan bantuan petugas untuk perawatannya," kata Daniel.
Duduk termenung di sore hari, tampak barisan warga binaan menikmati angin sepoy-sepoy meleseh di halaman asrama penampungan.
Duduk di pinggiran halaman, beberapa di antaranya terlihat hanya berdiam diri sambil menatap para petugas panti berlalu lalang di hadapannya.
Sedikit senyuman terlintas kepada Tribunnews ketika kami menghampirinya.
"Ibu," ucap salah satu warga binaan sambil tertatih-tatih berjalan menghampiri salah satu tim dari Tribunnews.
Memang, tidak semua warga binaan memiliki kondisi fisik yang baik.
Ada yang berjalan dengan tertatih, ada yang tergeletak dan hanya duduk di lantai, juga ada yang hanya telentang di atas kasur.
Harapan untuk segera ke luar dan dijemput keluarga, tampak pada tatapan beberapa wajah warga binaan di Panti Sosial tersebut.
Baca: Alami Masa Sulit Saat Pandemi Virus Corona, Ivan Gunawan Tetap Bayar THR Full untuk Karyawan
Namun sayang, menurut Daniel tak semua warga binaan memiliki keluarga yang siap menampung mereka di rumah.
Dengan alasan kesulitan untuk mengurus, sebagian pihak keluarga memilih untuk menyerahkan warga binaan kembali pada panti sosial.
Belum lagi sejumlah warga binaan juga mengaku tak punya keluarga bahkan tak ingat siapa keluarganya.
"Ada yang tidak ingat keluarganya, ada yang tahu keluarganya, tapi keluarganya bilangnya tak bisa merawatnya, karena kesulitan dalam mengurusnya akhirnya diserahkan kembali pada kami," katanya.
Sekitar pukul 14.00 WIB, warga binaan yang tak berpuasa mendapat sajian snack untuk camilan siang.
Segelas bubur kacang hijau diberikan oleh petugas panti kepada warga binaan.
Baca: Kumpulan Resep Rendang Daging, Sambal Goreng Kentang hingga Opor Ayam Sajian Khas Lebaran
Dalam ruangan besar tanpa sekat, beberapa warga binaan yang tertidur pun segera bangun dan menjulurkan tangannya, berharap bubur kacang hijau segera mendarat di tangannya.
Terlihat pula, beberapa di antaranya menerima dengan senyum sambil menoleh ke arah Tribunnews, seolah memberi isyarat untuk menawarkan.
Melihat Warga Binaan Dengan masalah Kejiwaan
Selain di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Tribunnews juga mengunjungi salah satu panti yang letaknya tak jauh dari lokasi tersebut, Panti Bina Laras Harapan Sentosa 2.
Sejumlah pemuda dan pemudi berseragam merah dan ungu berkumpul di halaman panti sambil bercengkrama.
Baca: Warga yang Terlanjur Mudik akan Sulit Kembali ke Jakarta, Kombes Benyamin: KTP DKI Tetap Putar Balik
Beberapa terlihat tertawa lepas bercanda dengan sesamanya. Mereka adalah warga binaan sosial dengan fase gangguan jiwa stabil.
"Meski fisiknya dewasa, mereka ini kemampuan berpikirnya dan kelakuannya seperti anak-anak. Mereka mengalami seperti ini karena adanya gangguan kejiwaan yang harus diobati dan dilatih setiap hari," ujar petugas kesehatan Panti Laras 2, Didi Pontry.
Salah satu warga binaan datang menghampiri Tribunnews. Mengaku bernama Novianti, ia bercerita bahwa dirinya berharap akan segera dijemput keluarga dalam waktu dekat.
Ungkapan tersebut ia sampaikan dengan pembawaannya yang ceria sambil tertawa-tawa.
Tak sabaran, ia pun meminta Tribunnews untuk segera mengantarnya. Namun, ia tak tahu dimana alamatnya.
Baca: Evander Holyfield Libatkan Wladimir Klitschko Jelang Duel Kontra Mike Tyson
"Namaku Novianti, nanti kalau aku udah sembuh, aku mau dijemput sama keluarga aku, bisa pulang ke rumah. Kamu mau antar gak? Antarin saya aja dong yu bu," kata dia pada Tribunnews.
Meski secara fisik terlihat dewasa, petugas kesehatan Panti Laras 2, Didi Pontry menjelaskan bahwa kemampuan berfikit para warga binaan di panti ini seperti anak-anak.
Mereka pun mendapat pelatihan keterampilan dan perawatan kesehatannya. Mulai dari senam, kegiatan fisik hingga kelas untuk belajar seperti sekolah.