Bahkan ia menyebutkan pembunuh terbesar Kota Jakarta dan selalu menjadi kejadian luar biasa (KLB) adalah malaria yang dibawa oleh nyamuk.
"Dan yang menyedihkan, Jakarta baru terbebas malaria di tahun 1960."
"Di tahun 1950-an penyair Sitor Situmorang masih menulis sajak berjudul malaria," imbuhnya.
Terkait kondisi wabah pandemi Covid-19 saat ini, JJ Rizal melihat ada kesamaan dengan waktu flu spanyol kala itu.
Di mana ada hotel yang memberikan diskon menarik untuk orang menginap.
Sehingga jatuhnya korban jiwa tidak dapat dielakkan.
"Pada tahun 1918, ada 100 orang meninggal per harinya. Di kawasan istana negara ada 120 meninggal per hari."
"Bahkan saat wabah kolera ada 270 orang meninggal per harinya," timpalnya.
Baca: Beberapa Acara Perayaan HUT Ke-493 DKI Jakarta Akan Digelar Secara Virtual Untuk Hindari Kerumunan
Tantangan DKI Jakarta ke Depan
JJ Rizal menjelaskan melihat kondisi wilayah DKI Jakarta dari zaman dulu hingga sekarang tidak dapat dipisahkan dengan namanya serangan wabah penyakit.
Oleh karena itu, ia mengingatkan betapa pentingnya memperbaiki infrastruktur kesehatan lebih serius lagi.
"Dan menurut saya penyakit hari ini disebabkan adanya perubahan ekologi."
"Kota harus menuju pola hidup ekologi," tuturnya.
Baca: HUT ke-493 DKI Jakarta Bakal Dimeriahkan dengan Jakarta Great Online Sale 2020
JJ Rizal juga mengingatkan pentingnya perkembangan ilmu pengetahuan untuk menanggulangi masalah pandemi.