Nah, agar tak mengecewakan pelanggan, untuk servis sepeda atau pembelian sparepart, Michael menyarankan pelanggan ke beberapa bengkel atau toko sepeda yang tak jauh dari tempatnya.
“Saya juga tidak mau serakah. Banyak bengkel sepeda sekitar sini yang tak tersorot, ke sanalah saya giring pelanggan,” beber Michael lagi.
Baca Juga: Sepeda makin naik daun, Kemenhub: Di Indonesia masih sebatas gaya hidup
Dengan cara tersebut, Michael menyebut bahwa bisnisnya tetap saja tidak merasa rugi.
Pasalnya dalam sehari, dirinya bisa menjual 10 sampai 20 sepeda dengan harga Rp 1,5 juta hingga puluhan juta.
Dari situ, penjualannya pun meningkat lebih dari 50% dibanding tahun sebelumnya.
“Dibanding melayani satu atau dua orang untuk servis sepeda atau beli komponen, lebih baik melayani pembelian sepeda,” tegasnya.
Lain halnya dengan Abraham, pemilik toko Abraham Jaya Bike.
Melihat peluang yang menjanjikan di tengah pandemi korona, ia pun masih melayani servis, pembelian sparepart dan penjualan sepeda.
Dari situ, dia menghitung omzetnya sudah naik tiga kali lipat.
Hanya saja sayang, dirinya tak menyebut pasti jumlah omzet yang didapat.
“Setidaknya enam sepeda terjual per hari,” ujar Abraham.
Sembari memperbaiki velg dan ban sepeda, Abraham berujar cukup bersyukur dengan kondisi seperti sekarang.
Dimana beberapa lini bisnis sepi pengunjung, namun toko sepedanya malah kebanjiran pelanggan.
Hanya saja, Abraham masih belum maksimal dalam menjalankan bisnis karena beberapa alasan.
Pertama, dia bilang beberapa komponen sepeda sangat terbatas.
Abraham bilang saat pandemi, pabrik maupun distributor sempat menahan untuk memasok komponen sepeda.