“Mungkin takut tak terjual, atau rugi secara bisnis,” ucapnya. Alhasil, kini beberapa toko sepeda pun pontang panting memasok komponen yang dicari-cari pelanggan.
Untuk mensiasatinya, Abraham memilih untuk mencari komponen melalui marketplace.
Namun, harga yang dibanderol di toko akan naik. Katanya yang penting untung tipis.
Kedua, ketersediaan sepeda juga masih terbatas. Sejak awal puasa, Abraham sudah menyetok 83 sepeda di toko.
Kini, semua ludes terjual. Dan untuk memasok sepeda dalam jumlah tersebut sangatlah sulit.
Senada dengan Abraham, Michael juga mengaku pasokan sepeda dari pabrikan terhambat. “Stok sepeda sudah tidak dapat dipastikan lagi,” ungkap Michael.
Itulah mengapa, beberapa pembeli harus rela menunggu sepeda yang ingin dibelinya. Benar saja, saat Kontan.co.id menyambangi toko Abraham Jaya Bike, salah seorang pembeli, Rio tengah mencari sepeda lipat element. Tetapi stok sepeda habis dan belum dapat dipastikan ketersediaannya.
Terakhir, kata Abraham adalah pegawai. Jumlah pegawai di tokonya masih belum mencukupi.
Melihat beberapa orang yang datang untuk memperbaiki sepeda, atau sekedar upgrade, saat ini toko hanya memiliki satu pegawai.
“Sebelum pandemi ada tiga pegawai, sekarang yang bertahan hanya satu,” ungkapnya.
Kendati demikian, Abraham yakin bahwa bisnis sepeda tidak akan pernah mati. Usaha yang dibangunnya tahun 2004 ini diyakini akan tetap bertahan. Dia bilang tren bersepeda sudah ada sejak dulu.
Namun, tren sepeda yang digunakan akan berbeda dari jaman ke jaman. Seperti tahun 2009 sampai 2010, permintaan sepeda fixie meningkat tajam.
Kala itu, Abraham bilang penjualan pun drastis, bahkan omzetnya menyerupai omset saat ini.
Berbeda dengan tahun ini, permintaan sepeda lipat malah lebih besar dari sepeda road bike, fixie, atau sepeda gunung (mountbike).
Abraham bilang, mungkin di kala pandemi, orang ingin menggunakan sepeda yang simpel namun praktis.
Nah, sepeda lipat bisa digunakan bukan hanya di rumah, tetapi dapat digunakan sebagai kendaraan ke kantor.