Adik ipar AM, DS (20) membenarkan bila pria yang sudah menyiksa RPP selama berbulan-bulan itu tak ditangkap di kontrakan.
Namun dia tak tahu pasti ke mana AM kabur, dia hanya tahu penangkapan terjadi pada Kamis (23/7/2020) sekira pukul 01.00 WIB.
"Memang pas divideoin sempat bilang enggak takut dilaporin ke polisi. Tapi habis kejadian dia pergi, ditangkapnya bukan di kontrakan," kata Deby.
Tak Disekolahkan Tersangka
N (64) hanya bisa duduk di teras kontrakannya saat aparat dan jajaran Pemkot Jakarta Timur datang menemui.
Rentetan pertanyaan terkait tindak penganiayaan yang dilakukan anak kandungnya, AM kepada cucunya, RPP dia jawab.
Tak mudah baginya menceritakan seluruh perbuatan AM yang dia saksikan sendiri karena kontrakannya bertetangga dengan sang anak.
"Cucu saya harusnya sekolah, tapi sama anak saya justru enggak disekolahin. Pendidikannya cuma sampai PAUD, padahal dia pintar," kata Narti di Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (23/7/2020).
Kepada personel TNI-Polri dan jajaran Pemkot Jakarta Timur dia bercerita sudah tak terhitung meminta AM agar memasukkan RPP ke SD.
Awalnya, AM yang berprofesi jadi penjual tempe mendoan dan kerja serabutan merespon permintaan sang ibu demi masa depan RPP.
"Katanya mau dimasukin ke Madrasah, tapi sampai sekarang enggak. Padahal kata guru PAUD yang pernah datang ke rumah cucu saya termasuk pintar," ujarnya.
N menuturkan, RPP yang kerap dipukuli, diseret dari depan gerbang kontrakan ke kontrakan yang berjarak sekitar lima meter.
Dijambak, kepalanya dilelapkan ke bak mandi oleh AM mampu mengusahakan baca, tulis lebih cepat dari anak seumurnya.
"Makanya guru PAUD waktu itu bilang kalau sayang banget anak pintar tapi enggak disekolahin. Tapi ayahnya tetap enggak mau sekolahin dia," tuturnya.