TRIBUNNEWS.COM - Pengguna media sosial Instagram dihebohkan dengan video dugaan seorang driver ojek online (ojol) jadi korban hipnotis.
Video tersebut diketahui diunggah pertama kali oleh akun @warung_jurnalis, Rabu (26/8/2020) lalu.
Dalam video yang viral, terlihat seorang driver ojol tengah membonceng pria paruh baya.
Saat di jalan sepi pria paruh baya itu terlihat berbincang dengan pengemudi.
Kemudian, keduanya beranjak dari jalan sepi itu.
Pengendara ojol terlihat melintasi jalan yang sama dengan penumpang berbeda.
Kali ini, penumpang terlihat berbeda, pria lebih muda memakai topi hitam dan bertubuh tinggi kurus.
Penumpang terlihat berbicara dengan pengendara ojol.
Lalu, pengendara tampak menyerahkan motornya kepada penumpang tersebut.
Pengendara itu terlihat berjalan kaki dan hanya menenteng helm tanpa motornya.
Kemudian, pengendara itu diketahui bernama Fikri itu menjadi korban hipnotis.
Fikri mengaku bahwa dia sudah melaporkannya ke pihak berwajib terkait kasus hipnotis yang terjadi Senin (24/8/2020).
Baca: Cerita Driver Ojol yang Jadi Korban Hipnotis: Sempat Diberikan Minyak Wangi Lalu Tak Ingat Lagi
Baca: Kesaksian Driver Ojol yang Jadi Korban Hipnotis: Sempat Diberikan Minyak Wangi lalu Saya Tak Ingat
Penjelasan ahli
Terlepas dari kejadian tersebut, untuk mengetahui lebih dalam terkait hipnotis, Tribunnews berhasil mewawancarai pakar hipnoterapi dari lembaga Quantum Inspiration Center Malang, Agus Prasetya.
Pertama, Agus mengatakan, ada kesalahan penggunaan istilah di tenggah-tengah masyarakat yang tidak bisa membedakan mana yang disebut hipnosis dan apa itu hipnotis.
Ia menjelaskan hipnosis adalah ilmu yang mempelajari proses memasukan sebuah informasi ke dalam pikiran bawah sadar melewati critical area.
Critical area sendiri merupakan pintu masuk ke dalam pikiran bawah sadar.
"Sehingga informasi itu bisa masuk ke subconscious mind (pikiran bawah sadar, red)," katanya lewat sambungan telepon.
Sedangkan, kata hipnotis mengacu pada orang yang mempraktekkan atau melakukan ilmu hipnosis.
Agus melanjutkan, hipnosis juga dapat diartikan sebagai proses menurunkan gelombang otak yang dapat diukur dengan menggunakan alat Elektroensefalografi (EEG)
"Orang yang dihipnosis itu, dia memang terjadi penurunan gelombang otak."
"Mulai dari, beta kemudian turun ke alpha kemudian ke teta. Jadi orang hipnosis itu antara alpa dan teta, jadi berada di situ pikirannya," bebernya.
Agus menilai, hipnosis merupakan fenomena biasa yang bisa terjadi oleh siapa saja dan kapanpun.
Termasuk, proses membukanya critical area berlangsung secara alamiah, dan itu terjadi berkali-kali dalam hidup manusia.
Untuk memudahkan, Agus memberikan contoh hipnosis dapat dialami seseorang.
"Ada seseorang nonton sinetron, pernah lihat orang nonton sinetron? Ada nggak dia ikut nangis? Gara-gara pemain utamanya menangis mati atau tersiksa?"
"Kenapa bisa menangis? itu akibat informasi yang ia peroleh dari menonton sinetron itu," ucapnya.
Kejadian di atas merupakan satu contoh hipnosis yang di alami dalam kehidupan sehari-hari.
Emosi yang ditampilkan dalam tayangan atau adegan sinetron, mampu membuka critical area orang yang menontonnya, dan menyampaikan informasi ke alam bawah sadarnya.
"Masuknya ke pikiran bawah sadar, dia tidak bisa membedakan bahwa itu fiktif," tandasnya.
Baca: Wajah Pelaku Hipnotis Driver Ojol Terekam CCTV, Ojek Bolak-balik hingga Akhirnya Cuma Nenteng Helm
Baca: Lina Tak Sadar Cincinnya Sudah Berpindah Tangan, Diduga Korban Hipnotis di Dalam Angkot
Faktor terbukanya critical area
Agus menjelaskan, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan critical area atau pintu pikiran bawah sadar terbuka.
Alumnus Universitas Negeri Malang ini mengatakan, kuncinya ada di proses komunikasi, terutama komunikasi yang melibatkan emosional, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal.
"Kalau orang itu tersentuh perasaannya. Gampang critical area terbuka," tandas Agus.
Agus kembali memberikan contoh.
Misalnya, seseorang mendapatkan kabar bahagia.
"Hallo selamat Anda mendapatkan hadiah dari bank BRI 50 juta, senang nggak?"
"Tapi ujung-ujungnya disuruh untuk transfer, akhirnya kena tipu," tutur Agus.
Selain perasaan bahagia, critical area dapat dibuka dengan emosi kesedihan.
Baca: Viral Video Dugaan Penipuan dengan Modus Hipnotis di Twitter, Ini Penjelasan Pakar Hipnosis
Baca: Mama Muda Purwakarta Jadi Korban Hipnotis, Uang dan Motor Amblas
"Misalkan dapat telepon mengabarkan anggota keluarga mengalami kecelakaan. Kaget kan? Akhirnya sedih dan syok."
"Nanti disuruh transfer uang untuk operasi lah atau yang lain. Intinya kena tipu juga," imbuh Agus.
Agus menilai, saat keadaan kaget, pintu pikiran bawah sadar mudah sekali terbuka.
Sedangkan, ketika seseorang berada dalam pikiran bawah sadar tidak mampu membedakan mana sesuatu yang realistis dan fiktif.
"Bahayanya ada di situ," tegas Agus.
Menanggapi ilmu hipnosis digunakan untuk kejahatan, Agus menyampaikan itu sangat dimungkinkan.
Agus berpandangan, pada dasarnya hipnosis seperti ilmu-ilmu lainnya yang netral.
"Artinya bisa digunakan untuk hal positif dan negatif."
"Hipnosis bisa digunakan untuk hal hal negatif, jawabnya sangat bisa," tutupnya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)