TRIBUNNEWS.COM - Pangdam Jaya, Mayjen Dudung Abdurachman meluruskan kabar yang beredar jika pihaknya memberikan tameng kepada mahasiswa dalam aksi demo penolakan UU Cipta Kerja.
Dudung menjelaskan, waktu itu para mahasiswa membantu para anggota TNI untuk memindahkan tameng-tameng dari truk satu ke kendaraan lainnya.
Ini dilakukan supaya truk tersebut dapat digunakan memulangkan mahasiswa ke asal daerahnya.
Baca: Polisi Didesak Usut Kekerasan yang Dilakukan Personelnya kepada Jurnalis Saat Demo UU Cipta Kerja
"Jadi setelah diimbau oleh Bapak Gubernur, para mahasiswa kesulitan untuk pulang ke daerah Pamulang malam itu. Kebetulan ada kendaraan marinir yang stand by di situ dan akhirnya diminta tolong mengangkut mahasiswa yang ingin kembali ke Pamulang."
"Kebetulan di dalam truk ada tameng-tameng untuk mengatasi huru-hara. Sehingga tameng-tameng diturunkan oleh anggota dan mahasiswa membantu menurunkan dan dipindahkan ke kendaraan lainnya."
"Bukan berarti kemudian memberikan tameng ke mahasiswa, tentu tidak. Tameng itu dipindahkan secara gotong royong. Karena truk itu akan digunakan membawa pulang mahasiswa ke Pamulang," urai Dudung dikutip dalam video yang diunggah akun Instagram suhartono323, Jumat (9/10/2020).
Dudung menegaskan pihaknya mendukung penuh tugas kepolisian dalam menjaga aksi demo UU Cipta Kerja supaya berjalan damai.
Ia juga tidak ingin TNI ditunding mencari muka dalam menjalankan tugasnya.
"Itu saya sampaikan kepada media, bahwa kami dari TNI mendung penuh tugas-tugas kepolisian. Tidak ada kita mencari popularitas dan lain sebagainya," imbuhnya.
Baca: Video Viral Emak-emak Tembus Barikade Polisi saat Demo Sambil Bawa Bebek: Mana Bisa Kita Tahan
Cerita TNI Hadang Mahasiswa Menuju ke Monas
Dudung dalam kesempatan tersebut juga menceritakan momen saat jajarannya menghadang para mahasiswa yang ingin merapat ke kawasan Monas dan Istana Negara guna menggelar aksi dami menolak UU Cipta Kerja.
Ketika itu anggota TNI tidak memperbolehkan para mahasiswa yang terdiri dari sejumlah perguruan tinggi untuk menuju lokasi tersebut.
"Namun ada permintaan yang tidak saya penuhi mereka untuk ke istana. Saya bilang kalau mau aksi damai silahkan dan mereka mau orasi kita fasilitasi," ungkap Dudung.
Pria kelahiran 16 November 1965, meneruskan ceritanya.