Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menelisik sejarah penerbangan Indonesia, Kemayoran menjadi salah satu bagian penting di dalamnya.
Kemayoran sebetulnya tidak sesempit pemahaman identitas tentangnya.
Umumnya, Kemayoran hanya dikenal sebagai bagian dari corak keberagaman nusantara, yaitu dari budaya Betawi yang tumbuh dan berkembang bersamanya.
Baca juga: Mengenal Menara ATC Tintin di Kemayoran, Saksi Sejarah Kejayaan Penerbangan Indonesia
Padahal, terdapat bagian sejarah yang teramat penting yang pernah dihadirkan Kemayoran untuk Indonesia.
Bahkan Bandara Internasional pertama Indonesia merupakan peran penting yang dulu diemban oleh Kemayoran.
"Tak ayal jika bandara Kemayoran hanya dikenal oleh segelintir masyarakat saja. Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa bandara internasional pertama Indonesia adalah Bandara Soekarno Hatta atau Bandara Halim Perdanakusuma," ujar Kepala Divisi Pemasaran dan Humas PPK, Emil Fatkhurrahman dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/12/2020).
Baca juga: Perpaduan Arsitektur Timur Tengah dan Demak, Masjid Akbar Kemayoran Jadi Ikon Baru Jakarta
Menengok kembali sejarah penerbangan Indonesia di Kemayoran, memang terdapat banyak jejak sejarah yang tersisa di sana, salah satunya adalah relief bandara Kemayoran.
Relief ini terletak di ruang tunggu terminal VIP eks Bandara Kemayoran yang secara khusus digunakan untuk tamu kenegaraan pada masa itu.
Di era modern, arsitektur dan dekorasi sebuah ruang tunggu bandara banyak dihias dengan lukisan maupun gambar yang memperlihatkan keindahan dan kekayaan alam sebuah negara.
Sementara di era kepemimpinan Presiden Soekarno, ruang tunggu bandara internasional ditampilkan melalui karya seni relief, sebuah karya dalam bentuk seni pahat tiga dimensi.
Baca juga: Seputar Kemegahan Gerbang Kemayoran: Ada 34 Tiang Setinggi 40 Meter
Terdapat tiga buah relief yang dipasang pada dinding terminal VIP eks bandara Kemayoran.Diciptakan secara khusus pada ranah publik, tiga relief tersebut secara langsung menjadi karya seni ruang publik yang pernah dimiliki Indonesia.
"Pada masa itulah, relief bandara dibuat atas permintaan Presiden Soekarno untuk memperlihatkan kekayaan dan karakteristik Indonesia kepada dunia," ujarnya.
Tiga karya relief yang dibuat oleh para seniman Indonesia tersebut berhasil menjadi mahakarya, antara lain Sindoesoedarsono Soedjojono, Harijadi Sumodidjojo, dan Surono serta para murid-muridnya yang tergabung dalam Seniman Indonesia Muda.
Relief ini dibangun pada tahun 1957.Dengan menggunakan teknik pahatan dalam, tiga relief yang ada secara langsung diukir pada dinding terminal VIP eks Bandara Kemayoran.
Relief pertama yang ada di terminal VIP eks bandara Kemayoran berada di lantai 1 dengan tema “Sangkuriang”.Berukuran panjang 13 meter dan tinggi 3 meter, karya ini dibuat langsung oleh Surono, seorang seniman yang juga merupakan pelukis Oeang Republik Indonesia (ORI) pertama.
Relief kedua adalah relief bertemakan “Manusia Indonesia” yang terletak di lantai 2 ruang tunggu VIP bandara Kemayoran karya Sindoedarsono Sudjojono yang berukuran panjang 10 meter dan tinggi 3 meter.
Relief ketiga adalah relief flora dan fauna. Relief ini merupakan karya Harijadi Sumodidjojo dengan ukuran panjang 10 meter dan tinggi 3 meter, yang terletak di lantai 2 ruang tunggu VIP Bandara Kemayoran. Relief ini memperlihatkan ukiran tentang flora dan fauna yang ada di Indonesia dari berbagai daerah.
"Sebagai bagian dari jejak sejarah penerbangan Indonesia, relief tersebut terus dijaga oleh Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPK Kemayoran) yang bertanggung jawab dalam mengelola kawasan bekas bandara," ungkapnya.