Sekira lima bulan lamanya, ia menjadi pengemis.
"Jadi pengemis enggak lama, sekitar 5 bulan. Itu ada anak yang tahu dan tidak. Karena himpitan ekonomi jadi ya sudah diteruskan saja," jelasnya.
Singkat cerita, Sugeng mulai merasa malu dan menyesal.
Baca juga: Rumah Kakek dan Nenek Tertimpa Pohon hingga Ketakutan, Diselamatkan Warga Lewat Jendela
Ketika berangkat dari rumah, suara hati dan langkahnya bertolak belakang.
"Udahan enggak ya? Udahan enggak ya?," ujarnya suara hati Sugeng saat ini.
Alhasil ia memutuskan untuk berhenti dan menyesali pernah menjadi pengemis.
"Malu dan menyesal pernah menjadi pengemis," ujarnya berulang kali.
"Saya merasa kalau pengemis itu seolah-olah kayak orang malas. Akhirnya pelan-pelan saya kumpulkan uang ebih dulu untuk jualan asongan seperti ini. Alhamdulillah anak-anak juga pada bantu buat modal," jelasnya.
Jualan asongan
Menyesali perbuatannya yang menjadi pengemis, Sugeng berhasil mencari pekerjaan yang lebih baik.
Meski penghasilannya tak menentu, ia mengaku senang dan bahagia.
"Saya lebih bahagia jualan asongan di lampu merah Pangkalan Jati ini. Biarpun sehari cuma Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu, saya enggak terbebani lagi. Sebab jadi pengemis juga sama penghasilannya," jelasnya.
Sejak pukul 07.00 WIB hingga sore hari, Sugeng sudah menjajakan tisu, lem dan kanebo di lampu merah Pangkalan Jati.
Bila rezekinya sedang bagus, Sugeng bisa membawa pulang uang sekitar Rp 50 ribu.