"Jadi, membunuh lalu bunuh diri merupakan cara untuk 'menyelamatkan' diri dan 'melindungi' keluarga dari sumber masalah tersebut," terangnya.
Pria yang juga menjadi konsultan Lentera Anak Foundation ini kemudian mengajak untuk melihat kejadian tersebut ke lingkup lebih luas.
Utamanya terkait institusi kepolisian.
Reza mengaku belum lama ini menanyakan terkait data jumlah personil kepolisian yang meninggal beserta penyebabnya.
Namun sayang, dirinya tidak mendapatkan data tersebut.
"Boleh jadi Polri menganggap data semacam itu seperti aib. Jadi harus ditutup. Padahal, jika dibuka, akan tersedia gambaran tentang kesehatan mental personel."
"Apalagi, silakan di-Google, boleh jadi sayalah yang paling sering angkat suara tentang sisi-sisi manusiawi personel Polri dan bagaimana negara bisa lebih kasih atensi?" tutup Reza.
Kronologi Kejadian
Seorang anggota Polri berpangkat Aiptu nekat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri usai menembak istri dan anaknya sendiri.
Peristiwa ini terjadi di kediaman korban yang beralamat di Jalan Tirtamulya, Tirtajaya, Sukmajaya, Kota Depok, sekitar pukul 11.00 WIB siang.
Sebelum melakukan aksi nekat tersebut, korban yang diketahui berdinas di Polsek Tebet, Jakarta Selatan, sempat cekcok dengan istrinya berinisial CR.
Entah setan mana yang merasuki tubuhnya, Teguh nekat menodongkan senjata api kepada istrinya dan saat itu langsung dihadang oleh anaknya berinisial RK yang juga merupakan anggota Polri berpangkat Bripda.
Senjata api tersebut pun diketahui meletus sebanyak tiga kali dan mengenai istri serta anaknya hingga tersungkur tak berdaya.
Setelahnya, Teguh pun memilih untuk mengakhiri hidupnya.