Sawit sebagai komoditas yang paling produktif menyumbang 42% dari total suplai minyak nabati dunia, pertumbuhan permintaan minyak nabati dunia meningkat 8,5 juta metrik ton setiap tahun. Meski di hantam badai pandemi tetapi industri sawit masih memperlihatkan kinerja ekspor yang baik.
“Ketahanan industri sawit Indonesia terhadap krisis ekonomi yang terjadi saat ini terbukti. Petani terjamin kesejahteraannya di tengah kelesuan ekonomi di mana operasional di perkebunan sawit tetap berjalan normal dengan protokol kesehatan ketat,” katanya.
Dari sisi media, wakil ketua Dewan Pers, Hendry Ch Bangun menghimbau manajemen komunikasi industri sawit ditingkatkan. Ia menjelaskan selama ini dewan pers menuntut media bersikap kritis termasuk kepada industri sawit, jika selama ini pemberitaan yang banyak muncul terkait industri sawil ialah hal negatif maka perlu ditinjau dari aspek suplai data yang ada. Selama ini media kemungkinan mendapat informasi yang kurang seimbang.
“Saya pikir ada dua hal yang terjadi dari kasus industri sawit ini seperti teman wartawan mendapat banyak informasi yang kadarnya negatif dibanding positif, bisa dilakukan misalnya dengan mengajak wartawan ke pelosok perkebunan melihat keberhasilan sawit kemudian semua aspek ini yang saya kira BPDPKS harus langsung berhadapan lah dengan wartawan apa yang harus disiapkan agar teman teman wartawan mendapat informasi yang berimbang,” jelas Hendry.
Terkait kesinambungan antara industri dan media, Hendry mengharapkan agar industri dan media saling menopang demi kebangkitan ekonomi, kesejahteraan rakyat dan media sendiri.
“Kita bisa juga mencontoh di Thailand misalnya saat industri pariwisata (nasional) di sana menurun, media bahu membahu menaikkan pamor wisata mereka sebab ketika wisata menurun, iklan dari industri ini pun juga hilang. Mungkin di industri sawit ini bisa pula dicontoh,” papar Hendry