TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cipinang Melayu khususnya RW 04 memang kerap dilanda banjir.
Kali ini banjir di lokasi tersebut menyita perhatian publik karena Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat berkunjung ke sana.
Kala itu dia mengungkap upaya yang dilakukan dan diklaim berhasil dalam penanganan banjir di Cipinang Melayu.
Gubernur DKI Anies Ungkap Rahasia Bebaskan Warga Cipinang Melayu dari Banjir
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengklaim upaya penanganan banjir di permukiman warga Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar berhasil.
Hal ini disampaikan Anies dalam kunjungannya ke permukiman warga RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu yang jadi korban banjir luapan Kali Sunter pada Selasa (9/2/2021) malam.
Anies menjelaskan permukiman warga RW 04 yang pada awal tahun 2020 lalu terdampak banjir hingga ketinggian tiga meter kini sudah bebas banjir.
"Tempat ini hampir setiap musim hujan selalu terendam. Nah ikhtiar yang kita lakukan adalah dengan melakukan pengerukkan Waduk Rangon dan Waduk Tiu di sisi Selatan di Jakarta Timur," kata Anies di Jakarta Timur, Selasa (9/2/2021).
Menurutnya pengerukan dan pembuatan sodetan di kedua waduk yang bertujuan mengurangi debit air di hulu aliran Kali Sunter berhasil mencegah banjir.
Dia mencontohkan pada Senin (8/2) dan Selasa (9/2) saat BMKG menyatakan Jakarta berstatus siaga banjir, permukiman warga RW 04 bebas banjir.
"Dengan cara seperti itu, Alhamdulilah kita dimudahkan untuk bisa mengendalikan volume air di tempat ini. Kawasan RW 04 Cipinang Melayu akhirnya warga bisa merasakan musim penghujan tanpa harus merasakan banjir," ujarnya.
Namun Anies tak membahas perkembangan proyek normalisasi Kali Sunter yang dilanjutkan pemerintah pusat dan Pemprov DKI akhir tahun 2020 lalu.
Hanya bahwa penanganan banjir di permukiman warga Kelurahan Cipinang Melayu korban banjir luapan Kali Sunter masih terus berlanjut.
"Tidak lama lagi fase kedua akan kita teruskan, yaitu memastikan bahwa tanggulnya (tanggul Kali Sunter) di sini dituntaskan, saat ini masih tanggul temporer (masih berupa beronjong)," tuturnya.
Pernyataan tersebut dibenarkan Ketua RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu Irwan Kurniadi yang mendampingi Anies saat meninjau Kali Sunter.
Irwan menuturkan saat pintu air Waduk Tiu berstatus siaga satu pada Senin (8/2/2021) permukiman warganya bebas banjir dan pengungsi.
"Saat siaga satu kemarin Kali Sunter hanya meluap semata kaki (sekitar 10 sentimeter). Itu pun hanya di sekitar bantaran Kali Sunter, tidak sampai ke jalan," kata Irwan.
Pantauan wartawan TribunJakarta.com, Anies yang tiba di permukiman warga RW 04 sekira pukul 19.14 WIB meninggalkan lokasi sekira pukul 19.50 WIB.
Sempat Dikunjungi Gubernur Anies, Kini Warga Cipinang Melayu Terendam Banjir Hingga 2 Meter
Permukiman warga RW 04, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur terendam banjir.
Banjir yang terjadi pada Jumat (19/2/2021) pagi itu merupakan imbas dari luapan Kali Sunter.
Ketua RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu, Irwan Kurniadi mengatakan banjir mulai menjamah permukiman warganya sekira pukul 03.00 WIB.
"Ketinggian air sekarang sekitar 2 meter," kata Irwan saat dikonfirmasi di Makasar, Jakarta Timur, Jumat (19/2/2021).
Padahal pada Selasa (9/2/2021) lalu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan permukiman warga RW 04 Kelurahan Cipinang sudah bebas banjir.
Menurutnya upaya Pemprov DKI membuat sodetan Kali Sunter ke Waduk Tiu dan Waduk Cipayung ampuh menyelesaikan banjir di permukiman warga RW 04.
Hal ini jauh berbeda dengan kondisi yang sekarang, warga kebanjiran hingga harus mengungsi.
"Sekarang warga sudah mengungsi. Lokasi pengungsian dibagi enam, di Kolong tol RT 01, depan kampus Akpindo, Kolong tol jembatan kuning," ujar Irwan.
Lalu di bawah tol depan pos RW, rumah satu pemuka agama di RT 08, dan Pos RW 04, pembagian lokasi guna mencegah kerumunan warga saat pandemi.
Namun dia belum dapat merinci jumlah pengungsi karena hingga kini proses evakuasi warga RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu masih berlangsung.
Sebagai informasi saat mendatangi permukiman warga RW 04 lalu Anies menyatakan penanganan banjir luapan Kali Sunter berhasil.
Pernyataannya mengacu saat pintu air Waduk Tiu berstatus siaga satu pada Senin (8/2/2021) lalu, kala itu permukiman warga RW 04 memang tak kebanjiran.
"Alhamdulilah kita dimudahkan untuk bisa mengendalikan volume air di tempat ini. Kawasan RW 04 Cipinang Melayu akhirnya warga bisa merasakan musim penghujan tanpa harus merasakan banjir," tutur Anies Selasa (9/2/2021).
Sempat Ditinjau Anies, Hingga Malam Hari Ketinggian Banjir di RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu Masih 70 Sentimeter
Hingga malam ini, ketinggian banjir masih 70 sentimeter.
Di lokasi banjir di Cipinang Melayu yang kontur tanahnya yang lebih tinggi, tampah sudah surut.
Sementara rumah-rumah warga yang ditinjau Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Selasa (9/2/2021), masih banjir.
Irwan Setiana (60), warga setempat mengatakan air merendam pemukiman mulai menunjukkan tanda-tanda surut, setelah direndam banjir pada Jumat (19/2/2021) dini hari.
Menurut warga RW 04 itu, ketinggian banjir yang terjadi akibat meluapnya Kali Sunter itu masih lebih dari 50 sentimeter hingga pukul 19.50 WIB.
Irwan pun belum dapat bernafas lega.
"Masih 60-70 sentimeter, surutnya lumayan. Kalau dinihari tadi sampai dua meter," kata Irwan, Jumat (19/2/2021).
Meski demikian, sejumlah tetangganya masih bertahan di pengungsian dan menunggu banjir surut.
Pasalnya ketinggian air masih cukup menyulitkan warga yang membersihkan timbunan lumpur akibat terendam banjir saat kembali ke rumah.
"Kalau saya mulai bersih-bersih rumah karena dari awal enggak mengungsi, bertahan di rumah saja. Tetangga sih beberapa pada mengungsi," ujarnya.
Luapan Kali Sunter
Banjir dengan ketinggian hingga 1,5 meter yang merendam permukiman warga di wilayah RW 04, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Jumat (19/2/2021) akibat berbagai sebab.
Ketua RW 04 Cipinang Melayu Irwan Kurniadi mengatakan musibah banjir yang terjadi sejak Jumat (19/2/2021) dini hari tersebut akibat Kali Sunter yang meluap.
“Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan luapan Kali Sunter,” ucap Irwan.
Irwan menambahkan ketinggian air pada bagian hulu tepatnya Waduk Tiu sudah melebihi batas maksimal.
Sehingga limpasan air dari bagian hulu dibuang ke pemukiman warga.
“Itu (Waduk Tiu) kan ada 11 hektar tapi ketinggian sampe pintu air, meluap. Jadinya dibuang dan ditambah curah hujan juga ekstrim,” katanya.
Selain itu, Irwan menambahkan kontur tanah di sekitar Kali Sunter yang masuk wilayah RW 04 Cipinang Melayu berada di dataran rendah.
Alhasil pemukiman warga yang berada di lokasi tersebut menjadi titik banjir yang paling parah dimana ketinggian air bisa mencapai 2 meter.
Sementara petugas gabungan sibuk melakukan proses evakuasi warga RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu yang terdampak banjir.
Adapun ketinggian air mulai surut meski tidak sampai kering.
"Baru mulai surut siang ini, sekira pukul 10.00 WIB. Surut sekitar 10 sentimeter, untuk jumlah pengungsi fluktuatif karena tergantung debit air dari Kali Sunter," ujarnya.
Ini Alasan Wagub DKI Klaim Penanganan Banjir di Era Anies Lebih Baik dari Jokowi dan Ahok
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria merasa penanganan banjir di era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan lebih baik dibandingkan pemimpin sebelumnya.
Dua pimpinan sebelumnya, yaitu Joko Widodo atau Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok.
Tahun 2013 di masa kepemimpinan Gubernur Jokowi, Ahmad Riza Patria menyebut, banjir menyebabkan ribuan warga terpaksa mengungsi.
Bahkan, jumlah pengungsian mencapai lebih dari seribu titik.
"Tahun 2013 umpamanya, titik pengungsian ada 1.115," ucapnya, Jumat (19/2/2021).
Baca juga: Pasien Covid-19 Kebanjiran, Dievakuasi Menggunakan APD dan Perahu Karet, Bagaimana Nasib Mereka ?
Kondisi tak jauh berbeda terjadi tahun 2015 lalu, saat Ahok menjabat sebagai orang nomor satu di DKI, jumlah pengungsian ada 337 titik.
Kemudian, semasa kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan, banjir bisa tertangani dengan baik.
Bahkan, pada 2018 lalu tidak ada warga yang sampai harus mengungsi akibat banjir.
Memasuki tahun 2019, banjir kembali menyebabkan warga Jakarta mengungsi.
Namun, jumlahnya tak sebanyak era Jokowi dan Ahok.
"Banjir 2019 ada 13 titik pengungsian dan 2020 ada 70 titik pengungsian. Sementara 2021 sedang kami rekap, sementara ini baru 1-2 titik pengungsian," kata dia.
"Kalau melihat data dari tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan signifikan," tambahnya menjelaskan.
Baca juga: Ikan Cupang Siap Jual Hanyut Terbawa Banjir Kali Cipinang, Waget Kecewa, Rugi Rp 2 Juta
Tak hanya dilihat dari jumlah pengungsi, keberhasilan Anies mengatakan banjir juga terlihat dari jumlah warga yang meninggal karena banjir.
Saat kepemimpinan Gubernur Jokowi pada 2013 lalu, ada 38 warga yang meninggal akibat banjir yang menerjang ibu kota.
Jumlah ini kemudian mengalami penurunan signifikan saat Anies memimpin Jakarta.
"Korban jiwa sebelumnya tahun 2013 ada 38, tapi sampai hari ini terus menurun. 2018 ada 1 jiwa, 2019 2 jiwa, dan 2020 juga dua jiwa, tuturnya.
"Mudah-mudahan tahun 2021 ini tidak ada korban meninggal karena banjir," sambungnya. (tribun network/thf/Tribunnews.com/Wartakotalive.com/TribunJakarta.com)