Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta Justin Adrian Untayana mengatakan selama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjabat selama sekitar tiga setengah tahun terjadi kemandekan program normalisasi atau naturalisasi sungai.
Alhasil ketika curah hujan tinggi, sungai tidak mampu menampung air dalam jumlah yang lebih, sehingga terjadilah banjir di Jakarta, seperti yang terjadi pada Sabtu (20/2/2021) lalu.
“Kapasitas tampung sungai, karena program normalisasi yang tidak berjalan.
Kalau kita lihat selama tiga setengah tahun Bapak Anies menjabat sebagai Gubernur DKI bisa dikatakan normalisasi mandek di tengah jalan,” ujar anggota DPRD DKI Jakarta ini dalam Diskusi Online PSI: Data dan Fakta Banjir Jakarta, seperti disiarkan langsung di Channel Youtube Partai Solidaritas Indonesia, Senin (22/2/2021) malam.
Kalau pun ada klaim telah dilakukan normalisasi, Justin lebih melihat itu sebagi beutifikasi dan betonisasi di bagian pinggir sungai.
Baca juga: Salah Injak Pedal Gas, Petugas Cuci Mobil & Kendaraan Terjun ke Sungai, Jasad Ditemukan Jarak 15 Km
“Kalau ada klaim atas program naturalisasi yang dilakukan oleh Bapak Gubernur, seperti contohnya yang di Banjir Kanal Barat, di dekat hotel Shangrila, setelah dicek ternyata tidak ada elemen untuk pengendalian banjirnya,” jelasnya.
Politikus PSI ini tidak melihat ada perubahan lebar dan kedalaman air sungai dari normalisasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di lokasi tersebut.
“Karena lebar sungai tetap sama hanya dilakukan betonisasi di pinggirannya mungkin untuk selfie Pak Gubernur, kalau datang ke tempat ini.”
“Jadi sepertinya itu dibanding naturalisasi lebih cocok dikatakan beutifikasi karena hanya untuk memperindah saja tetapi tidak menambah kapasitas daya tampung dengan dilihat dari lebarnya yang masih sama,” ucapnya.
Baca juga: Bawa Surat Tes PCR Negatif, 14 Warga Jepang Positif Corona Setelah Tiba di Jakarta
Selanjut dia melihat juga minimnya anak-anak sungai di DKI Jakarta. Hal ini banyak sekali ditemukan di daerah-daerah yang terkena banjir.
Dia mencontohnya di daerah Cipinang Indah, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Di Perumahan Cipinang Indah ini mengalami banjir, padahal di sampingnya ini ada Banjir Kanal Timur (BKT).
“Saat banjir, BKT masih kosong.
Di situ ada BKT, sungai yang sangat besar sekali tetapi daerah sekitarnya banjir.
Setelah dicek dan saya melakukan komunikasi dengan RT disana ternyata masalahnya pembuangan ke BKT itu cuma satu,” katanya.
Baca juga: Warga Ramai Malam Takbiran di BKT Padahal Masih PSBB
“Pak RT dan RW di sana sudah mengusulkan untuk penyediaan pompa dan pembangunan lainnya beberapa waktu yang lama, tetapi hingga kini juga tidak pernah terlaksana juga. Mereka sudah kehilangan harapan dalam program itu,” paparnya.
Banjir kembali menerjang sejumlah wilayah di DKI Jakarta sepanjang pekan lalu.
Kawasan langganan banjir seperti Cipinang Melayu, Jakarta Timur, dan Kemang, Jakarta Selatan, kembali terendam banjir.
Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Sabdo Kurniato mengatakan, banjir kali ini disebabkan curah hujan yang tinggi.
"Karena memang diprediksi berdasarkan data dari lapangan, dari BMKG, hari ini sampai tanggal 20 Februari (2021) itu hujan ekstrem.
Terbukti tadi malam itu hujannya di atas rata-rata, yakni 160 mm per hari, di atas 150," ujar Sabdo di Cipinang Melayu, Jumat (19/2/2021).