TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polresta Bandara Soekarno-Hatta membongkar sindikat pengedar meterai palsu di area Bandara Soekarno-Hatta.
Tak tanggung-tanggung, sindikat meterai palsu Rp 6 dan 10 ribu tersebut bisa meraup untung sampai puluhan miliar rupiah lantaran sudah beroperasi sejak 3,5 tahun.
Seperti diketahui, meterai asli hanya diproduksi oleh Perum Peruri dan bisa dijual secara legal di PT Pos Indonesia.
Informasi yang didapatkan dari Perum Peruri, ternyata ada tiga cara tercepat untuk mendeteksi sebuah meterai palsu tanpa harus menggunakan alat tertentu.
"Ada tiga indikator pembeda. Pertama dilihat, diraba, dan ketiga digoyang," jelas Saiful Bahri selaku Direktur Operasi Perum Peruri di Mapolresta Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (17/3/2021).
Pengecekan paling sederhana adalah dilihat, apakah ada tiga lubang di meterai tersebut yang berbentuk bulat, oval, dan bintang.
"Ada empat lubang bentuk bulan, oval dan bintang. Ini yang tidak mungkin dipalsu karena, teknisnya cukup spesifik tidak ada yang punya," ungkap Saiful.
Cara kedua adalah dengan cara diraba, bila meterai tersebut asli maka akan terada ada bagian yang kasar.
Menurut Saiful, bagian yang kasar tersebut hanya bisa dibuat di Perum Peruri.
"Kami ada cetak ada uang dan meterai. Teknologinya menggunakan cetak uang, mesin cetak uang hanya dimiliki negara, apa yang terlihat dari cetakan meterai pada angka baik 6 ribu atau 10 ribu," ungkap Saiful.
"Apa bila diraba akan kasar karena ada teknik khusus, kalau pakai print biasa akan sama," sambung.
Baca juga: Polisi Bongkar Penyelundupan Materai Palsu di Tangerang, Rugikan Negara Rp 37 miliar
Teknik ketiga adalah menggoyangkan meterai tersebut.
Bila meterai asli digoyang, akan tampak perubahan warna yang cukup signifikan.
"Kalau digoyang, kalau meterai Rp 10 ribu tadinya warna magenta kalau digoyang akan jadi hijau, namanya colour shifting," ujar Saiful.
Diketahui Polresta Bandara Soekarno-Hatta berhasil membongkar peredaran meterai Rp 6 ribu dan 10 ribu senilai miliaran rupiah.
Sindikat tersebut dibongkar Satreskrim Polresta Bandara Soekarno-Hatta di dekat Kecamatan Benda, Kota Tangerang.
Sebab, ratusan meterai tersebut dikirimkan melalui paket bukan dijual di PT Pos Indonesia sehingga menimbulkan kejanggalan.
Satreskrim Polresta Bandara akhirnya membekuk tersangka di lokasi berbeda.
Mereka adalah SRL, WID, SNK, BST, HND, dan ASR.
Sementara satu orang masih buron yakni MSR.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan kalau sindikat tersebut sudah berjalan selama tiga tahun lamanya mendistribusikan meterai palsu.
"Canggihnya lagi, mereka bukan kali ini saja beraksi tapi sudah 3,5 tahun memproduksi meterai palsu mulai dari Rp 6 ribu dan yang terbaru Rp 10 ribu," kata Yusri di Mapolresta Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (17/3/2021).
Dari pengungkapan tersebut didapati adanya satu boks berisi meterai Rp 10 ribu palsu yang hendak dikirimkan ke luar provinsi.
Padahal, Perum Peruri baru saja meluncurkan meterai baru senilai Rp 10 ribu pada akhir Januari 2020.
"Menariknya lagi, meterai Rp 10 ribu sudah dipalsukan padahal baru akan beredar sekitar 28 Januari 2021. Terus terang merugikan negara total semua tersedia ini sekitar Rp 12 hampir 13 miliar," ungkap Yusri.
Para tersangka pun disangkakan pasal berlapis yakni Pasal 253 KUHPidana dan atau Pasal 257 KUHPidana, dan atau Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 Tentang Bea Materai.
Keenamnya pun diancam pidana hukuman penjara maksimal tujuh tahun dan denda paling banyak Rp 500 juta.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Peredaran Meterai Palsu di Bandara Soekarno-Hatta Beromzet Miliaran Rupiah, Ini Cara Bedakannya,