News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polri Diminta Tangkap Para Suporter yang Memprakarsai Aksi Kerumunan, IPW Kecam Pernyataan Menpora

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Personel Brimob Polri bersenjata lengkap dikerahkan untuk membubarkan massa pendukung klub sepak bola Persija Jakarta di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Senin (26/4/2021) dini hari.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) meminta Kapolri, Menpora, dan Ketua Umum PSSI untuk minta maaf kepada masyarakat atas kerusuhan suporter bola di Bandung dan aksi kerumunan massa suporter yang mengepung Bundaran HI Jakarta.

IPW menilai kedua aksi itu terjadi akibat kecerobohan Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI, setelah ketiganya nekat menggulirkan Piala Menpora di tengah pandemi Covid 19.

Sebagai tanggung jawab moral, IPW menyebut Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI harus segera mengganti semua kerusakan dan kerugian masyarakat yang disebabkan amuk suporter, terutama di Bandung.

IPW juga mengecam keras pernyataan Menpora yang meminta Polri segera menangkap para suporter yang memprakarsai aksi kerumunan itu.

"Pernyataan Menpora ini salah kaprah. Seharusnya dengan adanya kedua peristiwa di Bandung dan Jakarta itu, Menpora lah yang segera mundur dari jabatannya," kata Ketua Presidium Ind Police Watch, Neta S Pane dalam keterangan pers, Selasa (27/4/2021).

Sebab menurutnya, kompetisi yang membawa label kementeriannya tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan keamanan dan ketertibannya, sehingga terjadi amuk dan kerumunan pasca Final Piala Menpora.

"Artinya, semua yang terjadi ini menjadi tanggung jawab Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI," ujar Neta.

Akibat kecerobohan Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI, Neta mengatakan jangan kemudian tanggung jawabnya dilemparkan kepada suporter.

"Lalu para suporter dengan semena-mena ditangkap dan diproses hukum oleh aparat kepolisian," kata dia.

Di sisi lain peristiwa amuk suporter di Bandung dan kerumunan suporter mengepung Bundaran HI membuka mata publik betapa lemahnya intelijen dan aparatur ciber Polri.

"Akibat lemahnya intelijen dan polisi ciber semuanya terbiarkan tanpa diantisipasi dan dideteksi dini."

"Polisi baru sibuk dan kebingungan setelah massa berkumpul dan mengamuk."

"Bayangkan, jika aksi pengepungan massa itu terjadi di depan Istana Kepresidenan, apa jadinya?" tanya Neta.

Baca juga: Polisi Akan Panggil Ketua The Jakmania dan Manajemen Persija Imbas Kerumunan di Bundaran HI

Dalam hal ini IPW menilai Polri sudah kebobolan.

Antisipasi, deteksi dini, dan kepekaannya sangat lemah.

Padahal kata dia, rencana aksi itu sudah muncul di medsos beberapa jam sebelumnya dan Polri tidak mengantisipasinya.

"Sekarang setelah amuk suporter terjadi dan aksi kerumunan massa di Bundaran HI terjadi, Polri baru sibuk hendak memburu medsos pemrakarsanya," ujarnya.

"Polri lagi-lagi hanya menjadi pemadam kebakaran yang sangat jauh dari konsep presisi."

IPW berharap, Polri tidak perlu menangkap dan memproses hukum para suporter.

"Sebab tanggung jawab semua itu ada di Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI yang tetap nekat menggulirkan Piala Menpora di tengah pandemi Covid 19."

IPW juga mendesak Kapolri, Menpora, dan Ketum PSSI segera meminta maaf kepada masyarakat dan mengganti semua kerusakan maupun kerugian yang ditimbulkan dari aksi suporter tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini