Mulanya Edi tidak mengetahui mobil-mobil yang parkir di depan Reddoorz adalah kepunyaan polisi.
"Pas mereka naik, terus turun lagi bawa cewek-cewek itu baru saya paham itu polisi. Ya kayak digiring gitu ke mobil," ujar dia.
"Ada laki-laki juga yang dibawa, mungkin pengelola (Reddoorz) kali, saya juga nggak tahu persis," tambahnya.
Edi mengungkapkan, mayoritas perempuan yang diamankan polisi masih remaja.
"Kebanyakan masih kecil-kecil, ya belasan tahun lah kalau lihat sekilas ya," tutur Edi.
Sehari-hari, Edi mengaku kerap melihat perempuan-perempuan di bawah umur keluar masuk hotel tersebut.
"Pakaiannya rapi-rapi, sopan. Bahkan ada yang pakai kerudung," kata Edi.
Biasanya, anak-anak tersebut diantar oleh seseorang yang kemudian langsung meninggalkan lokasi.
"Biasanya sih mereka (anak-anak perempuan di bawah umur) lama di dalam, bukan satu jam, dua jam,"
Sehari setelah penggerebekan, Kamis (22/4/2021), suasana di Reddoorz tampak sepi.
Namun, masih terdapat tulisan "buka" pada sebuah kertas yang tertempel di pintu masuk Reddoorz.
Sementara itu, di lantai dua gedung terlihat salah satu kaca jendela yang masih terbuka.
Di sisi lain, seseorang yang mengaku sebagai kerabat dari pengelola Reddoorz mengatakan hotel tersebut sudah ditutup sementara setelah digerebek polisi.
"Oh di sini sudah nggak ada kegiatan, kita di sini cuma kerabat. Kita datang setelah dengar kabar itu (penggerebekan)," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Satpol PP Tutup Permanen Hotel Reddoorz TIS Square yang Jadi Lokasi Prostitusi Anak,