Sudah sejak sepekan lalu permintaan melonjak. Dani dan tiga karyawannya harus kerja ekstra.
Peralatan lain, seperti regulator dan selangpun habis.
"Persediaan barang termasuk selang, regulator, tabungnyapun kosong di pasaran, harganya sudah tinggi," kata Dani.
Untuk tabung ukuran satu meter Dani biasa menjual dengan harga Rp 1 juta, namun harganya melonjak 200%. Saat inipun stoknya habis.
"Kita biasa jual Rp 1 juta, kini bisa Rp 3 juta harganya, yang ukuran satu meter kubik, kalau yang besar kita biasanya nyewain cuma karena stoknya enggak ada kita enggak bisa nyewain," papar Dani.
"Permintaan banyak, barangnya enggak ada, harganyapun gila-gilaan lah," imbuhnya.
Dani mengungkapkan, sejak empat tahun lalu membuka depot, ia biasa melayani pelanggannya yang mengidap penyakit asma, kanker dan jantung.
Namun kali ini, mayoritas pembeli oksigennya adalah mereka yang terpapar Covid-19 dan sedang isolasi mandiri (isoman).
"Biasanya isoman, karena mereka kan di rumah sakit penuh, mereka bnerusaha isoman sendiri. Tapi kalau pelanggan kita yang Covid-19 ada, yang kanker, jantung ada," ujarnya.
Saat ditanya jumlah pelanggan yang datang dalam sehari, Dani bingung saking banyaknya.
Ia memperkirakan, dengan membuka 24 jam depotnya, ada 400 pelanggan dalam sehari.
"Banyak deh enggak kehitung deh, kebanyakan tabung-tabung kecil. Dari malem sampai pagi kurang lebih 400 mungkin," tuturnya.
Untuk isi ulang satu tabung oksigen ukuran tabung 1 meter, Dani hanya membanderol seharga Rp 40 ribu.
Ia tidak tega menaikan harganya lebih tinggi lagi dari harga sebelumnya Rp 30 ribu.