News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Imbas PPKM, Pekerja di Terminal Pulogebang Tak Punya Penghasilan, Berutang untuk Makan Anak Istri

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana di lantai 2 gedung keberangkatan bus Terminal Pulo Gebang Jakarta yang sepi, Rabu (4/8/2021) di tengah pemberlakuan PPKM.

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemberlakuan PPKM Darurat hingga PPKM Level 4 benar-benar membuat warga merasakan dampaknya.

Banyak warga DKI terpaksa kehilangan pekerjaan.

Adapula warga yang memiliki pekerjaan tetapi tidak mendapatkan penghasilan sepeserpun dalam sehari.

Hal ini dialami seorang pekerja di Terminal Terpadu Pulogebang, Jakarta.

Nihilnya penumpang yang berangkat dari Terminal Terpadu Pulogebang membuat para pekerja di perusahaan otobus (PO) itu kerap pulang tak bawa uang.

Ferdinan, PO Sahabat saat membagikan cerita suka suka kepada TribunJakarta.com di Terminal Terpadu Pulogebang, Jakarta Timur, Kamis (5/8/2021). ()

Berbagai aturan diterapkan dalam PPKM termasuk syarat perjalanan bagi penumpang di terminal yakni vaksin minimal dosis pertama, swab antigen maupun PCR test membuat tidak ada penumpang bus di terminal.

Ferdinan Hutagaol, PO Sahabat mengatakan penurunan penumpang terus terjadi dan makin terasa semenjak penerapan PPKM.

Penumpang yang datang kerap tak melengkapi persyaratan perjalanan dan akhirnya tak bisa berangkat melalui Terminal Terpadu Pulogebang, Jakarta Timur.

Hal ini membuat ia bersama rekan lainnya lagi-lagi gagal mendapatkan penumpang.

Sementara, pundi rupiah yang didapatkannya berdasarkan komisi.

Di mana komisi yang dapat akan dihitung dari total penumpang yang ia dapatkan.

"Sudah sepi. Memang paling terasa pas PPKM ini. Penumpang enggak ada," katanya di lokasi, Kamis (5/8/2021).

Berdasarkan data, terhitung sejak 22 Juli 2021 sampai 4 Agustus 2021, penumpang yang berangkat dari Terminal Terpadu Pulogebang tak ada sama sekali.

Sejak saat itu, semangat Ferdinan tak pernah luntur sedikit pun.

Baca juga: Terminal Pulo Gebang Sepi, Tak Ada Bus yang Beroperasi Sejak Pemberlakuan PPKM

Berpakaian rapi dan tiba sejak pagi di terminal sudah menjadi rutinitasnya.

Dalam hati kecilnya selalu terucap "semoga hari ini lebih baik".

Sayangnya, semangatnya lagi-lagi dipatahkan lantaran berminggu-minggu ia tak mendapatkan pemasukan sama sekali.

"Jadi gini, saya dibayar perkomisi harga penjualan tiket. Pertiketnya dapat 10%. Kalau sewanya enggak ada, saya nggak dapat apa-apa, sementara ini sudah lebih dari seminggu tak ada penumpang," keluhnya.

"Saya sering nggak bawa uang kalau pulang ke rumah. Penumpang enggak ada, apa yang mau dibawa pulang. Yang lain juga merasakan hal yang sama," tambahnya.

Gali lubang tutup lubang

Pemasukan yang tak ada dalam beberapa minggu terakhir membuat Ferdinan memutar cara untuk keberlangsungan hidup keluarganya.

Memiliki dua anak dan satu diantaranya masih kuliah, membuat Ferdinan terus semangat dan tak ingin menyerah.

Ia pun memutuskan untuk meminta pertolongan sanak keluarganya.

"Selama ini saya minta tolong sama saudara. Sekalipun memang saya tahu kehidupan mereka sedang tidak stabil. Tapi mereka masih bantu," ungkapnya.

Namun, ia tak bisa mengandalkan sanak keluarganya.

Bila tak ada uang sama sekali, Ferdinan berhutang dulu untuk membeli sembako agar anak dan istrinya bisa makan.

Mirisnya, akhir-akhir ini ia kerap menyetok mi instan dan telur untuk dimakan setiap hari.

"Ya memang begitu kondisinya. Bukan saya saja, yang lain pun kalau cerita juga sama. Sekarang makannya ya telur atau mi instan saja yang lebih sering," jelasnya.

Beruntungnya, ia mendapatkan istri yang penyabar dan memaklumi kondisinya. Berapapun uang yang didapat Ferdinan selalu diterima dan digunakan sebaik mungkin.

"Mungkin dulu sebelum pandemi sehari bisa bawa pulang minimal Rp 150 ribu (karena kelompok), jadi kan dibagi uang komisinya, tapi sekarang dapat Rp 20 ribu saja susah. Jadi kalau saya kasih uang ke rumah benar-benar dimanfaatkan dengan baik," jelasnya.

Ferdinan mengatakan alasannya tetap bertahan lantaran tanggung jawab pekerjaan.

Ia berpikir semua ini akan berakhir sehingga ia masih bertahan dipekerjaan seperti ini.

"Sebenarnya kita hanya tanggung jawab kerja. Kerja, tanggung jawab biarlah kita rugi mana tahu besok ada perubahan. Kalau kita tinggal cari pekerjaan susah," ucapnya.

Ferdinan berharap pandemi segera berakhir dan terminal bayangan tak lagi menjamur.

Pasalnya, kata Ferdinan, syarat perjalanan yang ditetapkan membuat sejumlah penumpang beralih ke terminal bayangan yang peraturannya tak seketat di Terminal Terpadu Pulogebang.

"Terminal bayangan memang mempengaruhi, karena aturan di sini ketat jadi ada yang memilih naik dari lokasi-lokasi tersebut. Jadi semoga semuanya segera membaik dan ekonomi kita kembali normal dan stabil," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Cerita Pekerja PO di Terminal Pulogebang Terimbas PPKM Level 4, Pulang ke Rumah Tak Bawa Uang

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini