Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mohammad Alivio
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari pertama dimulainya Pembelajaran Tatap Muka (PTM), murid SDN Pulogebang 01 disambut begitu antusias oleh murid-muridnya.
Seperti diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah memutuskan memulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM), hari ini, Senin (30/8/2021).
Kegiatan belajar mengajar secara fisik itu dilakukan percobaan di 610 sekolah di wilayah Ibu Kota, satu di antaranya SDN Pulogebang 01, Cakung, Jakarta Timur.
Baca juga: Dishub DKI Sediakan 70 Bus Gratis, Angkut Pelajar yang Ikut PTM di Jakarta
Baca juga: Orangtua Siswa Mengaku Antusias Sambut Pembelajaran Tatap Muka di Jakarta
Menurut satu di antara guru, siswa-siswi sangat begitu antusias, sekitar pukul 06.00 WIB, para murid sudah berdatangan ke sekolah.
"Alhamdulilah antusias sekali jam 6 tuh para murid didampingi orangtua udah pada datang ke sekolah, cuma kami jaga jangan sampe ada kerumunan," kata Sumiatun, guru di SDN Pulogebang 01.
Bahkan, ia menyebut ada yang berangkat sejak subuh lantaran sang siswa diketahui bertempat tinggal di Jakarta Barat.
"Bahkan ada yang tinggalnya di Jakarta Barat, karena kakaknya di Pulogebang, mau ga mau sekolahnya harus di Pulogebang, katanya berangkatnya subuh sampe sini jam 6," ungkap Sumiatun.
Selain itu, PTM ini juga dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dimulai pukul 06.30 sampai 08.30 WIB dan sesi kedua pukul 09.00 hingga 12.00 WIB.
Dalam satu kelas maksimal hanya diisi 16 murid, baik kelas 1 dan 4.
Untuk menghindari terpaparnya Covid-19, di pintu gerbang sekolah juga telah disiapkan westafel untuk cuci tangan dan juga terdapat tisu.
Tak hanya pintu gerbang, sekolah yang memiliki tiga lantai ini juga menyiapkan westafel sebanyak 2 per lantai.
Adapun pihak sekolah menyediakan masker medis sebanyak 500 dan juga tidak mengizinkan orangtua murid untuk berada di area sekolahan.
Di hari pertama PTM ini, ada beberapa siswa SDN Pulogebang 01 yang tidak berkenan hadir lantara masih pandemi Covid-19.
Meski begitu pihak sekolah tetap memfasilitasi pembelajaran secara online.
"Ada yang beberapa masih nggak mau, tapi kami nggak masa. Mereka juga tetap ikut belajar via online, kami kirim materi pembelajarannya," ucap Sumiatun.
"Sekitar 90% lah yang hadir. Dari 8 kelas yang digunakan, paling banyak ada 4 orang di satu kelas yang nggak hadir," pungkasnya.