TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aipda Monang Parlindungan Ambarita atau yang lebih akrab disapa Aipda Ambarita, menjadi sorotan setelah videonya periksa paksa ponsel warga, viral di media sosial.
Dalam video yang diunggah ulang akun Twitter @xnact, terlihat Ambarita bersama anggota lainnya memeriska HP milik seorang warga yang terjaring razia patroli malam.
Tapi banyak juga warga yang merasa terbantu Aiptu Ambarita memberantas kriminal jalanan, khususnya di Jakarta Timur.
Lewat sebuah karangan bunga yang diunggah di Instagram Aiptu Ambarita, pengirim meminta Aiptu Ambarita tetap semangat.
"Terus menjadi terang di tengah kegelapan di manapun berada, tuhan selalu menyertai bapak di tempat baru. Kami Masyarakat Jakarta Timur yang pernah Bapak Lindungi," tulis karangan bunga tersebut.
Profil Aipda Ambarita
Masih dilansir Tribunnews, Aipda Ambarita sebelumnya menjabat sebagai Banit 51 Unit Dalmas Satsabhara Polres Jakarta Timur.
Namun, usai dimutasi, kini ia ditempatkan di Bid Humas Polda Metro Jaya.
Dikutip dari Kompas.com, karier Ambarita menjadi polisi berawal pada 1998-1999.
Kala itu, ia menganggur setelah dipecat dari perusahaan cat tahun 1997.
Baca juga: Aipda Ambarita Cecar Warga Tolak Ponselnya Diperiksa Paksa, Kompolnas: Arogan dan Langgar Privasi
"Saya waktu itu main ke Blok M, terus ada tulisan di banner 'penerimaan siswa dikmaba PK Polri Tahun 1998-1999'. Dari situ, saya mencoba lagi," kata dia saat ditemui pada Senin (16/11/2020).
Diketahui, sebelum mendaftar menjadi polisi di tahun 1998, Ambarita sudah pernah menjajal peruntungan pada 1995, selepas lulus SMA.
Kala itu, ia memberanikan diri mendaftar Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).
Tetapi, ia gagal saat menjalani tes terakhir.
"Hasil tes terakhir menyatakan saya gagal. Sempat ditawari ke Bintara Kostrad, tetapi saat itu saya bilang, 'Enggak usah lah, tahun depan saja'," ungkapnya.
Di tahun 1996, Ambarita mencoba mendaftar Bintara Polisi.
Namun, ia gagal saat tes kesehatan karena kelebihan berat badan.
Ketika mendaftar sebagai polisi di tahun 1998, ia mengaku heran lantaran lulus setiap tahapan tes.
Setelah lulus, Ambarita langsung ditugaskan di Mojokerto, Jawa Timur.
"Terus akhirnya dipanggil ke Polda Metro Jaya dan dinyatakan lulus."
Baca juga: Jadi Sorotan karena Periksa Paksa Ponsel Warga, Polisi Artis Aipda Ambarita Kini Dimutasi
"Saya ditugaskan ke Mojokerto, Jawa Timur, dan menjalani pendidikan," kisahnya.
"Setelah beberapa bulan menjalani pendidikan, saya resmi jadi polisi," tambahnya.
Saat Dwifungsi ABRI dihapus, ia dipindahkan ke Jakarta hingga saat ini.
Ambarita pernah bertugas di Reserse Polda Metro Jaya sebelum ditempatkan di Polres Jakarta Timur.
Jadi Pemimpin Tim Pengurai Massa
Mengutip Kompas.com, Aipda Ambarita dipercaya menjadi pemimpin tim pengurai massa Polres Jakarta Timur, Raimas Backbone, di tahun 2017.
Tim yang berada di bawah Direktorat Sabhara Polres Jakarta Timur ini bukan sengaja dibentuk seperti Tim Rajawali.
"Kami tidak dibentuk, karena sesuai peraturan dinas," ucap Aipda Ambarita.
Mengenai nama Raimas Backbone, Ambarita menerangkan nama itu terinspirasi dari Sabhara Backbone.
Nama Raimas sendiri merupakan singkatan dari pengurai massa.
Baca juga: Propam Koordinasi dengan Itwasum Untuk Periksa Kapolda Banten Terkait Kasus Polisi Banting Mahasiswa
"Dulu ada yang namanya Sabhara Backbone, itu semacam tulang punggung dari Polri, yang bergerak paling depan. Nah, terinspirasinya dari situ," kata Ambarita.
"Jadi namanya tim pengurai massa ditambah kata 'Backbone', Raimas Backbone," lanjutnya.
Dilansir Kompas.com, tim Raimas Backbone memiliki kanal YouTube yang hingga Selasa (19/10/2021), telah memiliki 1,39 juta subscribers.
Kanal yang dibuat sejak 12 September 2018 ini dipakai sebagai media publikasi aksi Raimas Backbone.
Selain YouTube, Raimas Backbone juga memiliki akun Instagram.
"Semua yang ada di YouTube dan Instagram kami itu apa adanya, artinya tidak dibuat-buat,"ungkap Ambarita.
Lewat kanal YouTube-nya, Raimas Backbone bisa mencukupi biaya operasional mereka sendiri.
Termasuk uang makan dan memperbaiki kendaraan yang digunakan.
"Bikin YouTube, menghasilkan uang. Itu buat kami makan. Dulu enggak ada uang makan dari kantor," ungkapnya.
"Ada motor yang rusak, misalnya ganti tali kopling, itu uang dari YouTube."
"Karena lewat pengajuan dari kantor lama, sementara patroli jalan terus."
"Misal ban pecah, nunggu uang dari kantor lama, masak enggak patroli dulu? Enggak bisa," bebernya.