TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan menjadi pembahasan yang ramai diperbincangkan.
Banyak yang bertanya bagaimana nasib Jakarta jika ibu kota dipindah?
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meyakini, Jakarta akan tetap menjadi pintu gerbang internasional meski ibu kota negara pindah ke tanah Kalimantan.
Hal ini diungkapkan Anies dalam video yang diunggah di kanal youtube Pemprov DKI Jakarta.
Dalam video itu, Anies menyebut, Jakarta selama ini menjadi penyumbang 18 persen dari gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) nasional.
"Kalau kita bisa terus melakukan efisiensi atas kegiatan perekonomian kita, maka lompatan ini makin kuat lagi, karena pintu gerbang internasional tetap ada di Jakarta," ucapnya dikutip Jumat (28/1/2022).
Baca juga: Klaim Lebih Murah dari MotoGP Mandalika, Jakpro Studi Banding untuk Tetapkan Harga Tiket Formula E
Dengan tingginya sumbangsih GDP ini, Anies menyebut, Jakarta akan tetap menjadi pusat ekonomi dan bisnis meski mulai 2024 mendatang tak lagi jadi ibu kota negara.
Terlebih, Jakarta selama ini juga tak banyak melayani kegiatan pemerintah.
"Tetap harus melayani kegiatan bisnis, tetap kita harus melayani kegiatan rumah tangga. Karena dalam prakteknya Jakarta itu tidak banyak melayani kegiatan pemerintah pusat," ujarnya.
Tak pengaruhi kemacetan Jakarta
Lebih lanjut Anies menjelaskan, pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur tidak akan menyelesaikan masalah kemacetan di Jakarta.
Pasalnya, kontribusi sektor pemerintahan pada kemacetan di ibu kota hanya menyumbang 7 persen dari seluruh kegiatan masyarakat.
"Jadi (pemindahan IKN) tidak akan ada efeknya pada kemacetan di Jakarta. Karena Jakarta itu kegiatan rumah tangga dan tempat usaha (yang berkontribusi besar pada kemacetan)," kata Anies.
Meski nanti sudah tak lagi menyandang status sebagai ibu kota negara, Anies meyakini Jakarta akan tetap menjadi pusat ekonomi dan bisnis di Indonesia.