TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Kisah para narapidana berupaya menyelamatkan diri dari panasnya kobaran api yang melalap Lapas Kelas I Tangerang pada 8 September 2021 lalu terungkap.
Adalah DAP (25) narapidana teroris yang sempat selamat karena berlindung di bak kamar mandi selama api mengamuk membakar Lapas Kelas I Tangerang.
Sayangnya narapidana teroris itu tewas saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.
DAP menjadi satu di antara 49 korban tewas dari kebakaran maut di Lapas Kelas I Tangerang.
Hal tersebut dipastikan oleh Yoga Wido Nugroho seorang sipir yang menjadi terdakwa atas kebakaran maut tersebut.
Sebagai informasi, hari ini, Selasa (21/6/2022) Yoga bersama tiga terdakwa lainnya yakni Suparto, Rusmanto, dan Panahatan Butar-Butar menjalani sidang pemeriksaan tragedi yang menewaskan 49 warga binaan pemasyarakatan (WBP) alias narapidana.
Sebelum jadi terdakwa, keempatnya diketahui bekerja sebagai sipir di lapas tersebut.
Yoga menceritakan, saat api sudah dipadamkan sekira pukul 03.00 WIB oleh BPBD Kota Tangerang, dirinya masih ikut melakukan evakuasi korban.
Di tengah pencarian korban selamat, di Blok C2, dirinya mendengar rintihan permintaan tolong yang menyayat hati.
"Saya enggak pakai pakaian safety, saya masuk ke kamar-kamar dan ternyata itu manusia atau bukan, karena nyaru antara manusia dan potongan kayu yang gosong. Ternyata masih ada yang hidup," cerita Yoga di Pengadilan Negeri Tangerang, Selasa (21/6/2022).
"Seinget saya itu teroris. Dan saya angkat luar biasa berat, saya minta damkar," sambungnya di depan Ketua Majelis Hakim, Aji Suryo.
Usut punya usut, napiter berinisial DAP itu berhasil selamat untuk sementara karena berlindung di bak kamar mandi selama api mengamuk.
Bahkan, disisa tenaganya, DAP sempat meminta tolong kepada petugas Damkar.
Sayangnya, dia menghembuskan nafas terakhirnya saat perjalanan menuju rumah sakit karena luka bakar yang sangat serius.
"Dia (DAP) berlindung di bak kamar mandi dan masuk ke dalam air. Dia meninggal di jalan menuju rumah sakit. Saya bopong, saya gendong, kulitnya terasa kebakar, saya pegang kulitnya kayak meleleh," kata Yoga.
Baca juga: Jadi Tersangka, Dua Petugas Lapas Tangerang Kini Resmi Dinonaktifkan
Dikesempatan yang sama, Yoga juga memaparkan apa yang dilihatnya secara langsung saat api mengamuk di Blok C2.
"Dari HT ada yang teriak izin blo C kebakaran. Reflek saya cari ke blok C dan gerbang ke belakang tutup, dan saya lompat pagar," kata Yoga.
"Ternyata di gerbang blok C sudah ada kebuka. Pintu blok c udah kebuka, dan di situ sudah wakil komandan. Yang kebakar pertama blok C2, belum dibuka," paparnya lagi.
Saat api membara, hanya ada hitungan jari sipir yang berada dekat di blok C2 termasuk Yoga.
Ia menjelaskan, jarak dirinya dengan pusat api sangat dekat hanya berjarak tiga sampai empat meter.
Pada jarak tersebutlah, sel-sel tengah terbakar api bersama para narapidana yang terjebak di dalamnya.
Seakan terpanggang hidup-hidup.
"Ya Allah maaf saya masih kebayang kejadiannya. Saat api sedang besar, maaf banyak tangan cuma nempel di sel-sel, dan ada satu belum terbuka, saya pegang kunci, saya memberanikan diri," cerita Yoga.
"Jujur saya takut, lebih takut lagi pasti yang di dalem. Jarak 3-4 meter panasnya luar biasa," sambungnya sambil memeramkan mata seakan membayangkan kejadiannya.
Ketika nekat membuka sel tersebut di tengah kobaran api, para narapidana pun berebut untuk keluar sel di tengah pintu yang sempit.
Alhasil, kata Yoga, ada satu narapidana yang terpeleset dan menyebabkan akses pintu terhambat.
Ngerinya, api terus membakar sekeliling tanpa ampun ketika narapidana pada terjatuh untuk menyelamatkan diri masing-masing.
"Ada satu WBP jatuh di pintu, karena di belakang lanik jadi belakang jatuh dan numpuk semua di pintu itu. Empat kali tarikan paling bawah dan keluar semua orangnya, kayaknya karena licin kena air dan APAR lantainya," terang Yoga.
Sesaat menyelamatkan narapidana di salah satu sel itu, Yoga mencoba menyelamatkan narapidana yang masih terjebak.
Di sel sebelahnya, kala itu api sudah lebih ganas.
Berbekal kain dingin yang sudah diceburkan ke air, Yoga terus berteriak ke narapidana lewat ventilasi udara.
"Pak tolong pak tolong," Yoga menirukan suara narapidana saat api membakar mereka.
"Saya tidak ada ilmu kebakaran sama sekali, saya mikir bagaimana caranya orang ini bisa nerjang api saya cuma bawa kain basah dan menyemangati mereka untuk terjang api," kata dia.
Dari fakta persidangan, terungkap bila keempat terdakwa memiliki tugas dan fungsi berbeda.
Seperti Rusmanto, yang bertugas sebagai komandan regu yang tengah piket berjaga.
"Pada malam kejadian, seharusnya personil lengkap berjumlah 13 orang, namun satu orang tidak masuk, jadi saat itu hanya 12 orang," ungkap Rusmanto.
Sementara, terdakwa lain yakni Yoga dan Suparto adalah juga sipir yang berada di bawah komandonya.
Kepada majelis hakim, Yoga mengaku tengah berjaga sendiri untuk Blok C dan menara Pos 3.
Sementars Suparto berjaga di blok B dan menara Pos 2.
Lalu, Panahatan adalah satu-satunya petugas listrik yang bekerja di Lapas Kelas I Tangerang.
Pada saat itu, hanya 12 orang sipir yang berjaga untuk 8 blok di Lapas Kelas I Tangerang.
Ruswanto pun mengaku kepada majelis hakim yang diketuai Aji Suryo, jumlah 12 personel tersebut sangatlah kurang.
"Dulu saya pernah usulkan idelanya satu regu itu diisi 20 personel, tapi ya belum. Memang jumlah segitu kurang," kata Ruswanto dipersidangan.
Baca juga: 4 Tersangka Bakal Jalani Sidang Perdana Kasus Kebakaran di Lapas Tangerang Pekan Depan
Keempatnya pun saling memberikan saksi peran masing-masing pada saat kejadian.
Dari persidangan akan dilanjutkan kembali pada pekan depan.
Seperti diketahui, kebakaraan maut yang menewaskan 49 narapidana di Blok C2 Lapas Kelas I Tangerang itu terjadi pada 8 September 2021.
Dari hasil penyidikan Polda Metro Jaya, diketahui bila kebakaran tersebut terjadi karena dugaan kelalaian hingga akhirnya menyebabkan konsleting listrik dari atap kamar Lapas.
Hingga akhirnya, polisi menetapkan empat tersangka dalam kasus tersebut.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Kisah Napi Teroris Ngumpet di Bak Saat Kebakaran Lapas Tangerang, Sempat Selamat Meski Kulit Meleleh,