TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Misa Nusantara merayakan ulang tahun ke-27 Paroki Santo Bartolomeus, Taman Galaxi, Kota Bekasi, Jawa Barat digelar pada Minggu (18/9/2022).
Perayaan misa kali ini sangat berbeda dari misa-misa biasanya karena kental dengan nuansa nusantara.
Spesialnya, misa dipimpin oleh empat pastor dan mayoritas umat yang hadir menggunakan baju adat daerah mereka masing-masing.
Misa Nusantara perayaan ulang tahun ke-27 Paroki Santo Bartolomeus ini begitu istimewa karena ada ritual adat perarakan.
Pantauan Tribunnews.com, sebelum perarakan Rm. Pungki Setiawan, SVD menerima ayam jantan putih dan tuak di dalam kendi.
"Kami sambut Romo (Pastor) dengan ayam jantan putih dan tuak dalam kendi, ini bentuk penghormatan untuk romo paroki," ucap panitia melalui pengeras suara.
"Perarakan ini biasa diadakan untuk menyambut tamu kehormatan khususnya misionaris," tambahnya.
Setelah menerima ayam jantan putih dan tuak, perarakan di mulai dari pastoran menuju ke halaman gereja hingga ke depan altar.
Rombongan perarakan yakni para penari, orang-orang tua, dan para pastor.
Tampak penari menggenakan pakaian putih dan songket tenun khas Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Suasana kian hikmad ketika bunyi gong dipadu dengan dentuman gendang mengiringi perarakan hingga ke gereja.
Mengawali misa, Rm. Pungki Setiawan, SVD mengatakan Misa Nusantara digelar sebagai bentuk ungkapan syukur.
"Kita merayakan ekaristi nuansa nusantara, terima kasih. Budaya Manggarai saat perarakan tadi sangat indah. Mengantar umat mengikuti puncak iman kita yakni ekaristi," ujarnya.
Misa Nusantara ini juga bagian dari detik-detik perayaan ulang tahun ke-27 Paroki Santo Bartolomeus.
"Syukuri rahmat kehidupan kita masing-masing, kita bersyukur sebagai orang indonesia yang beranekaragam budaya," tambahnya.
Selesai misa, umat berbondong-bondong menyaksikan tarian caci.
Mengutip dari Kompas.com, Tari Caci adalah satu di antara tarian tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tari Caci merupakan tari uji ketangkasan bela diri yang dibalut dalam bentuk tarian menjadi nilai budaya NTT.
Dikutip dari buku Exotic NTT - Seri Backpacking & Travelling (2013) karya Gagas Ulung, dalam budaya Manggarai, tari Caci membawa simbol pertobatan manusia dalam hidup.
Nama Caci berasal dari dua kata yakni "ca" yang artinya satu dan "ci" yang berati uji.
Sehingga Caci bermakna ujian satu lawan satu untuk membuktikan siapa yang benar dan salah.
Tarian tersebut selalu dibawakan para pemuda setempat sebagai ajang menempa diri agar memiliki semangat sportivitas dan mengendalikan emosi.
Pertunjukan tari Caci Pada pertunjukan tari Caci dibuka dengan tarian Danding atau Tandak Manggarai.
Sebelum beradu, setiap pemain terlebih dahulu melakukan gerakan pemanasan.
Di mana masing-masing penari menggerakan badannya mirip gerakan kuda.
Sambil menari, pemain caci menyanyikan lagu daerah untuk menantang lawannya.
Setiap kelompok terdiri dari delapan pemuda bertarung menghadapi lawan.
Sebelah tangan memegang pecut, dan tangan lain menggenggam tameng.
Dengan destar atau ikat kepala dan sarung songket, para pemuda berjejer dan menari dengan lagu daerah yang dinyanyikan dengan lantang.
Dengan lincah dan ringan, si penyerang menghentakkan pecutnya ke tubuh lawan.
Sementara lawan menahan sabetan pecut menggunakan perisai.
Setiap pemain beresiko memiliki bekas sabetan, tapi meski tubuh terluka tidak ada dendam antar pemain.
Disela-sela permainan, para tetua adat baik laki-laki maupun perempuan menari (danding) dan bernyanyi (mbata) dengan penuh suka cita sambil berjalan secara teratur membentuk lingkaran.