TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 24 korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang hingga saat ini masih menjalani perawatan di RSPP, Jakarta.
13 dari 24 pasien tersebut masih menjalani perawatan di ruang ICU RSPP, Jakarta.
Ke-13 pasien tersebut saat ini dalam kondisi ditidurkan sesuai prosedur medis.
Sementara sebanyak 11 pasien lainnya dirawat di ruang non ICU dan dalam kondisi sadar penuh.
Baca juga: RS Polri Ambil Sampel DNA 14 Keluarga Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang
"Kalau yang di ICU semuanya istilahnya kita tidurkan semua, karena memang prosedur tindakan medis begitu, agar bisa mempercepat pemulihan. Untuk yang non ICU (11 pasien) semuanya sadar penuh," kata
Direktur Utama RSPP dr Theryoto kepada Tribunnews.
13 pasien ini juga mengalami permasalahan pernapasan akibat menghirup banyak asap.
Theryoto mengatakan belum bisa memprediksi kapan para pasien tersebut dapat pulih dan pulang ke rumah masing-masing.
Ia mengatakan, baru bisa melakukan penilaian terkait hal tersebut setelah satu minggu pertama masa perawatan dan dilakukan dievaluasi.
"Nanti kita lihat perkembangan perawatan seperti yang biasa kita lakukan. Semua pasien ini cepat pulih atau tidak tergantung daya tahan tubuh, dan penerimaan obat-obatan yang kita berikan," kata
Direktur Utama RSPP dr Theryoto.
Selain itu menurut Theryoto, sebanyak tiga balita korban kebakaran Depo Pertamina di Plumpang Jakarta Utara mengalami kondisi luka bakar di atas 70 persen.
Baca juga: Kisah Ibu Berpelukan dengan Anak Saat Kebakaran Plumpang: Amanah Jaga Warung Orang
Ketiganya dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan sejak Sabtu (5/3/2023) hingga hari ini.
dr Theryoto mengatakan ketiganya saat ini masih menjalani perawatan di ruang ICU RSPP.
"Kondisinya di ICU semua," kata Theryoto saat konferensi pers di RSPP Jakarta Selatan pada Minggu (5/3/2023).
Satu di antara mereka, kata Theryoto, masih berusia dua tahun.
Balita tersebut, merupakan pasien termuda dari total 24 pasien korban kebakaran Depo Pertamina
Plumpang yang masih dirawat di RSPP sampai hari ini.
"Untuk paling muda usia 2 tahun balita kecil. Saat ini memang masih di ICU. Yang tua itu sekira 60-an umurnya, bervariasi ya, ada yang di ruangan ICU dan di ruangan non ICU," kata dia.
Warga Pulang ke Rumah
Sejumlah warga yang terdampak kebakaran di Depo Pertamina Plumpang memilih berjaga di rumahnya, Minggu (5/3/2023).
Sebagian ada yang pergi ke rumah kerabat atau tinggal di pengungsian.
Baca juga: Selidiki Penyebab Kebakaran Depo Plumpang, Polri Gandeng Akademisi dan Ahli Kimia Pertamina
Sementara sisanya menjaga rumahnya dari penyusup yang ingin memanfaatkan kesulitan korban kebakaran.
Dilansir dari tayangan KompasTV, masih ada 186 jiwa yang tinggal di pengungsian.
Kebutuhan logistik mereka akan terjamin hingga tujuh hari ke depan.
"Di lokasi ada yang tidak terdampak, tapi akses mereka terkendala, maka PMI akan melakukan bantuan melalui masjid, balai RW. Kami lakukan pemetaan, kami tahu kebutuhan dan kami suplai kesana," kata Nurhasanudin Kepala Markas PMI Jakarta Utara.
Hingga tadi malam aliran listrik juga masih terputus.
Kondisi tanpa penerangan membuat warga memutuskan menjaga harta mereka di rumahnya.
Pasrah Jika Direlokasi
Sementara itu, Ryan (34) pedagang warung kopi di Jalan Koramil, Tanah Merah Bawah, Rawa Badak
Selatan, Koja, Jakarta Utara mengaku pasrah jika nantinya harus direlokasi imbas kebakaran Depo Pertamina Plumpang.
Dia mengaku merasa berat jika diminta pindah lantaran selain untuk berdagang, warkop itu juga ia
gunakan sebagai tempat tinggalnya bersama sang istri yang sedang hamil.
"Berat lah, orang sudah lama disini tapi kalau disuruh pindah ya saya ikut saja pindah,"
ucapnya.
Kendati mengikuti arahan pemerintah untuk pindah, Ryan menyebut jika nantinya direlokasi ia menginginkan tempat tinggal yang layak sebagai pengganti tempat tinggal yang lama.
Ia tak ingin pemerintah hanya memindahkan warga tanpa adanya solusi jika nantinya benar-benar dipindah dari lokasi tersebut.
Baca juga: Permukiman Lokasi Bekas Area Kebakaran Depo Pertamina Plumpang Jadi Tontonan Warga
"Boleh saja dipindahin kalau emang dijamin sama fasilitas yang bener gitu kan. Tapi jangan ngomong doang saja," kata Ryan.
Kejadian kebakaran yang terjadi seperti Jumat malam lalu itu sebenarnya sudah dikhawatirkannya sejak jauh-jauh hari.
Sebab antara tempat ia tinggal dan Depo milik Pertamina itu hanya dibatasi tembok selebar beberapa sentimeter saja.
Namun ia tak memiliki banyak pilihan, sebab ia sudah tinggal di lokasi itu sudah sejak tahun 2017 silam atau enam tahun lalu.
"Iya sempat khawatir, tapi kan karena kita tinggal udah lama disini, nyari rezeki juga disini jadi takut gak takut, lillahitaala saja," ujarnya.
Kini ia pun berharap, pemerintah bisa adil terhadap warga dan juga dirinya apabila benar-benar memindahkan dari tempatnya saat ini.
"Lebih baik begitu lah ya, lebih baik saja hidupnya," ujarnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga memerintahkan Pertamina dan Pj Gubernur DKI Jakarta dalam dua hari selesaikan masalah dari terbakarnya Depo Pertamina Plumpang, Rawa Badak Selatan, Jakarta Utara.
"Ini akan segera diputuskan (Relokasi) sehari dua hari ini oleh Pertamina, Gubernur DKI
sehingga solusinya menjadi jelas," kata Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi melanjutkan bahwa wilayah di Depo Pertamina Plumpang merupakan zona bahaya yang harus bebas dari aktivitas penduduk.
"Tetapi memang zona ini harusnya zona air entah dibuat sungai untuk melindungi dari objek vital yang kita miliki. Karena barang-barang didalamnya barang-barang yang sangat bahaya untuk
berdekatan dengan masyarakat, apalagi dengan pemukiman penduduk," tegasnya.
Kemudian terkait dengan relokasi dikatakan Presiden Jokowi nanti akan dibicarakan
pilihan-pilihannya.
"Ini yang baru nanti dibicarakan, ada pilihan-pilihan, ada opsi-opsi, apakah deponya yang digeser apakah masyarakatnya yang digeser. Kalau digeser tanahnya di mana. Tapi harus segera ditemukan solusinya," ujar Jokowi.
Terpisah, Lurah Rawa Badak Selatan Suhena berharap Depo Pertamina Plumpang bisa dipindahkan lokasinya.
"Ya mudah-mudahan (Depo dipindahkan). Justru bagus kalau deponya dipindahkan. Hal itu karena penduduk sini jadi lebih nyaman," kata Suhena.
Suhena mengukapkan bahwa untuk Izin Membuat Bangunan (IMB) lahan warga hanya bangunan saja bukan lahan.
"Kalau untuk IMB itu warga IMB kawasan. Jadi untuk mengakui bangunan saja bukan untuk lahan," jelasnya.
Hal senada juga disampaikan warga bernama Melani.
Menurut Melani orang tuanya telah meninggal dunia. Dia pun punya anak dan tetap tinggal di wilayah tersebut.
"Orang tua saya disitu juga sampai almarhum dua-duanya disitu. Sampai sekarang punya anak," jelasnya.
Sementara itu warga lainnya bernama Kurniati mengungkapkan hal yang sama.
Ia menolak untuk direlokasi.
"Saya pribadi kalau bisa deponya pindah mending deponya yang pindah. Karena saya dari kecil sudah disitu, jadi sudah mencintai tempat tersebut dari dulu tidak ada bangunan," jelasnya.
Sedangkan warga yang lain bernama Tiurma tidak masalah jika direlokasi jika itu dirasa memang yang terbaik.
Meski begitu ia meminta jika direlokasi tidak asal-asalan.
"Kalau saya mana jalan terbaik saja. Apa kata pemerintah kita turuti. Karena kita tidak punya apa-apa kalau bisa tidak asal-asalan," ujarnya.(Tribun Network/fah/mat/gta/wly)