News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kualitas Udara di Jakarta

Kualitas Udara di DKI Jakarta Buruk, Heru Budi Sempat Singgung Beban Berat Ibu Kota

Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Heru Budi Hartono di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, (23/6/2023)

TRIBUNNEWS.COM - Buruknya kualitas udara di DKI Jakarta karena polusi menjadi permasalahan serius bagi Pempov DKI.

Pada Senin (14/8/2023) siang, data IQAir menunjukkan Jakarta menempati posisi kedua kota paling berpolusi di dunia.

Dikutip dari TribunJakarta.com, kualitas udara di Jakarta berada di angka 159 AQI US.

Artinya, udara di Jakarta tidak sehat untuk pernapasan dan disarankan menggunakan masker saat bepergian.

Beberapa waktu lalu, Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, mengatakan polusi udara disebabkan karena banyaknya kendaraan dari berbagai daerah yang lalu lalang di ibu kota.

Baca juga: Kualitas Udara di Jabodetabek Buruk, Jokowi Dorong Rekayasa Cuaca hingga Kantor Terapkan WFO-WFH

Ia mengatakan hal itu menjadi beban berat bagi Jakarta hingga berbuntut kualitas udara yang memburuk.

“Jadi memang ini beban Jakarta berat,” ucap eks Wali Kota Jakarta Utara ini, Rabu (9/8/2023).

"Data yang saya terima, 1,5 tahun terakhir kendaraan roda empat itu dari 4 juta jadi 6 juta loh sekarang."

“Begitu juga kendaraan roda dua naik dari 14 juta jadi 16 juta,” jelas dia.

Untuk menangani permasalahan polusi udara di ibu kota, Heru Budi mengatakan pihak Pemprov DKI berusaha meningkatkan kenyamanan dan keamanan mode angkutan umum supaya masyarakat mau berpindah ke transportasi massal.

Pemprov DKI disebut Heru juga terus menggalakkan penggunaan kendaraan ramah lingkungan operasional.

“Contoh DKI menambah kendaraan bus dengan listrik. Dua tahun ke depan kami tambah 100 bus."

"Begitu juga kendaraan dinas secara bertahap (diganti dengan kendaraan listrik) walau anggaran terbatas,” ucap Heru.

Tak hanya dengan itu, Pemprov DKI disebut Heru juga terus menggencarkan program penghijauan di sudut-sudur kota lewat program 'Jumat Menanam'.

“Selama saya kurang lebih setahun ini (menjabat Pj Gubernur DKI) sudah lebih dari 15 ribu pohon kami tanam,” tuturnya.

KLHK Minta Warga Ubah Gaya Hidup

Foto aerial pemukiman warga di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (5/8/2023).Target pembangunan RTH sebesar 30,92 persen atau sekitar 20 ribu hektare bisa memanfaatkan lahan tidur milik DKI Jakarta. Langkah itu lebih efisien dari sisi biaya dibandingkan harus sepenuhnya melakukan pembebasan lahan baru. Serta penataan wilayah dengan melakukan penanaman pohon dan memperluas ruang terbuka hijau (RTH) guna memperbaiki kualitas udara di DKI. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) meminta warga Jakarta untuk 'berkorban' mengubah gaya hidup demi menurunkan polusi udara di perkotaan.

Pengorbanan itu bisa dilakukan dengan cara membeli bahan bakar rendah emisi dan kendaraan listrik yang lebih mahal.

Baca juga: Pemerintah Perlu Tegas Terapkan Regulasi yang Sudah Ada Untuk Cegah Polusi Udara

Bila warga tidak sadar dengan kondisi tersebut, bukan tidak mungkin kualitas udara di Jakarta tak pernah membaik.

Hal itu diungkapkan oleh Dirjen Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, Sigit Reliantoro.

"Mau enggak kita berkorban untuk memperbaiki kualitas udara itu membeli bahan bakar yang lebih ramah lingkungan? Kalau kita enggak mau, ya akhirnya kena trap tadi, tiap Juli-Agustus kita konferensi pers lagi juga," ujar Sigit pada Minggu (13/8/2023).

Diketahui, penyebab utama polusi udara di perkotaan karena kendaraan bermotor.

Setiap tahunnya di DKI Jakarta, jumlah kendaraan bermotor bertambah, dimana paling banyak adalah sepeda motor.

"Ada 24,5 juta kendaraan bermotor yang teregistrasi di DKI, 78 persennya sepeda motor. Pertumbuhannya dari 2018 - 2022 itu 5,7 persen dari sepeda motor 6,38 persen atau setiap tahun 1,612 juta kendaraan bermotor dan di dalamnya 1,046 juta sepeda motor," ujar Sigit.

Demi mengurangi polusi udara, kata Sigit, ada delapan rekomendasi Strategi Pengendalian Pencemaran Udara (SPPU).

Kedelapan itu ialah pengadaan kendaraan operasional listrik, pengetatan standar emisi transportasi menjadi EURO4, pengadaan bus listrik untuk TransJakarta non-mikro, uji emisi berkala dengan target EURO2, peralihan ke angkutan umum, konversi ke kompor listrik, pengendalian debu konstruksi dan pelarangan pembakaran sampah terbuka.

Delapan rekomendasi ini menjadi tolak ukur apakah Indonesia siap menjadi negara maju atau tidak.

"Kita harus membantu untuk diri kita semua, dari middle (income) trap, kalau mau jadi negara maju, ya kita harus siapkan budayanya, budaya orang maju," pungkasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Udara Jakarta Kotor, KLHK Minta Warga Berkorban Ubah Gaya Hidup

(Tribunnews.com/Ridwan Hidayat) (TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci/Nur Indah Farrah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini