Selama tinggal di rumah kontrakan itu, J dikenal sebagai sosok yang tertutup.
J hanya sesekali keluar saat membeli makan, setelahnya ia kembali masuk ke rumah.
Bahkan, kata Nita, kedua anak J juga selalu bermain di dalam rumah.
"Tertutup dia. Jadi tuh, hari-harinya dia selalu tutup pintu. Mau pagi, siang, sore atau malam. Begini saja keadaannya."
"Jadi, anaknya itu habis dia keluar beli makan, ya sudah, di dalam lagi. Itu anak mau nangis, mau main, dikunci saja itu sama mamanya," jelasnya.
Nita menuturkan, sesekali, ia mendengar anak J teriak meminta makan karena kelaparan.
Karena alasan itu, Nita terkadang memberikan makanan kepada J.
Namun, J kerap mengembalikan makanan tersebut.
"Tapi kadang teriak 'laper, laper'. Ya namanya kita tetangga kan kasihan ya. Iya, sering teriak laper, haus," tandasnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino, Kompas.com/Baharudin Al Farisi)