TRIBUNNEWS.COM — Antara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dengan para santri dan dunia pesantren sudah terjalin hubungan sejak lama. Itu bisa dilihat dari perjalanan MPR mulai awal berdirinya hingga saat ini.
Namun, peran serta dan bakti santri tidak hanya dengan MPR, tapi juga bangsa Indonesia secara luas.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat menerima peserta program kaderisasi ulama yang dilaksanakan Universitas Darussalam Gontor di Ruang GBHN, Kompleks Parlemen, Kamis (28/1/2016).
Dalam audiensi yang turut dihadiri Ketua Fraksi PKS MPR RI Soenmandjaja tersebut, Hidayat Nur Wahid mengatakan, peran hubungan MPR dengan santri bisa dilihat dari sosok Ketua MPR pertama, KH. Idam Khalid.
Sosok Idam Khalid, menurut Nur Wahid, merupakan alumni pesantren yang spesial. Beliau pernah menjadi Wakil Perdana Menteri sekaligus Ketua PBNU terlama di akhir era 50an.
Sikap kenegarawanan Idam, menurut Wakil Ketua MPR itu, bahkan turut berkontribusi terhadap keutuhan NKRI.
Bersama Mr. Kasman Singodimejo, Idham Khalid menjadi sosok penting penerimaan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa sekaligus membatalkan berlakunya Piagam Jakarta.
"Itu menjadi bukti NKRI bisa berlanjut karena sikap kenegarawanan santri," tukas Hidayat Nur Wahid.
Sebab itu, lanjut Nur Wahid, MPR bukan tempat baru bagi dunia pesantrian. Mulai dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Era Reformasi seperti sekarang sudah banyak santri yang berkecimpung di MPR.
Bahkan, bangsa Indonesia sendiri sudah begitu dekat dan terbiasa dengan sikap-sikap kenegarawanan santri.
Pasalnya selain Idam Khalid, masih banyak santri lain yang turut berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sosok santri lain yang turut berkontribusi itu di antaranya KH. Hasyim Asy'ari, Mr. Syafrudin Prawira Negara sampai Dr. Muhammad Natsir. (advertorial)