TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bertempat di Aula DPR, Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (27/3/2016), Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menghadiri silaturahim dengan tokoh masyarakat di Jakarta Selatan.
Dalam pertemuan yang dihadiri ratusan tokoh masyarakat tersebut, banyak hal yang disampaikan Hidayat Nur Wahid.
Hidayat Nur Wahid mengingatkan kepada tokoh masyarakat yang hadir agar senantiasa bersyukur kepada Allah.
"Berapa karunia dari Allah yang sudah kita rasakan," ujarnya.
Ciri orang yang bersyukur disebutkan Hidayat Nur Wahid adalah orang yang mudah tersenyum, lapang dada, gampang berkomunikasi, mudah diterima seluruh masyarakat, dan memberi nyaman pada lingkungan.
Pribadi yang bersyukur menurutnya tak akan membuat orang itu angkuh, arogan, dan mau menang sendiri.
"Bersyukur memudahkan kita diterima orang lain dan membikin nyaman suasana," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Hidayat Nur Wahid menyampaikan kabar kepada para tokoh masyarakat bahwa dirinya memuji pelaksanaan KTT OKI yang diselenggarakan beberapa waktu lalu di Jakarta sebagai kegiatan yang berhasil.
Keputusan KTT OKI itu menurutnya sangat luar biasa dan berani.
Dikatakan bahwa sebenarnya KTT OKI itu akan diselenggarakan di Maroko namun karena negara itu tidak siap maka kegiatan dialihkan di Jakarta, Indonesia.
Diungkapkan dalam masalah Palestina, dirinya diajak diskusi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla tentang bagaimana Indonesia bisa membuka konsul di Palestina dan bagaimana Indonesia mempunyai peran yang besar untuk memerdekakan Palestina dari penjajahan Israel.
Disampaikan juga dalam pertemuan tersebut, Hidayat Nur Wahid mendorong agar KPK memberantas masalah korupsi yang berskala besar, ratusan miliar bahkan triulinan.
KPK lanjut dia, bukan hanya memberantas korupsi yang berskala kecil, cuma satu miliar bahkan hanya ratusan juta.
Untuk itu dirinya ingin agar KPK diperkuat.
Dirinya mendorong agar kasus seperti BLBI dan Century juga dibongkar.
Dalam pertemuan tersebut, Hidayat Nur Wahid juga menyampaikan pentingnya membuat undang-undang anti-Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
Menurut Hidayat keberadaan komunitas tersebut sangat membahayakan.
Ia membandingkan Rusia yang tidak berideologi Pancasila saja mempunyai UU Anti-LGBT.