Tujuh ratus orang dari Himpunan Putra-Putri Keluarga Angkatan Darat (Hipakad), putra-putri Polisi, dan mahasiswa Universitas Kristen Indonesia, memenuhi Gedung Nusantara V, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, 3 Desember 2018. Mereka berada di gedung yang biasa digunakan Sidang Paripurna DPD untuk mengikuti Empat Pilar MPR.
Acara yang diinisiasi oleh Hipakad, Hariara Tambunan selaku ketua umum organisasi itu mengucapkan terima kasih bisa bekerja sama dengan MPR untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan kebangsaan kepada para peserta. Diakui meski Indonesia sebagai rumah bersama di mana beragam suku, bahasa, dan agama hidup tersebar di ribuan pulau di bawah naungan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika namun bangsa ini tidak lepas dari berbagai ancaman persatuan dan kesatuan. “Ancaman ini khususnya menyasar generasi muda”, paparnya. Untuk itulah Sosialisasi Empat Pilar menurutnya perlu dilakukan.
Dirinya mengharap nilai-nilai yang didapat harus diimplementasikan dalam keseharian. “Jangan diingat dan dipahami hanya di dalam gedung ini saja”, ucapnya. Dalam kesempatan tersebut, Hariara juga mengajak kepada peserta acara itu untuk memerangi hoax.
Wakil Ketua MPR Oesman Sapta mengapresiasi peserta sebab mereka mempunyai pandangan dan komitmen untuk menjaga ideologi bangsa dan negara. ”Ini yang harus diperkuat”, ujarnya. Apalagi di era berbagai ideologi mudah tersebar ke seluruh anak bangsa melalui telepon seluler (ponsel).
Pria yang juga menjadi Ketua DPD itu menyebut ponsel merupakan sarana yang dapat memudahkan pekerjaan namun sekaligus juga bisa menjerumuskan. Dengan ponsel pengguna dapat berkomunikasi dengan siapa saja dan kapan saja. Pengguna dapat membaca berita dari mana saja bahkan berbarengan dengan saat kejadian. Pengguna tidak hanya bisa membaca berita kiriman namun juga mampu menyebar berita atau informasi, entah itu fakta ataupun ilusi.
Dari sinilah dua sisi manfaat ponsel terjadi. “Bisa menjadi penyebar kebaikan sekaligus berpotensi penebar kebohongan”, ungkapnya. Pria asal Kalimantan Barat menegaskan agar ponsel dapat memperkuat persatuan melalui jejaring media sosial. Contohnya? “Melalui dunia maya anggota Hipakad memposting status benderaku Merah Putih”, tuturnya. Status yang diunggah oleh Hipakad bisa menjadi viral. Status itu menurutnya akan menyadarkan bangsa ini bahwa Merah Putih harus terus berkibar di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sementara tantangan negatif penggunaan ponsel itulah yang menurut Oesman Sapta membuat MPR semakin yakin penguatan nilai-nilai kebangsaan mutlak untuk dilakukan. “Kami tidak ingin generasi penerus tidak mengenal dan mengerti ideologi bangsa dan negara”, paparnya. Dijelaskan, tidak ada satupun negara yang kuat tanpa ideologi. Negara juga tidak dapat berdiri jika rakyatnya tidak memahami dan mengimplementasikan ideologinya.
Keberadaan Indonesia yang terdiri beragam suku, budaya, dan adat istiadat merupakan kekayaan. Namun diingatkan, keberagaman itu apabila tidak dikelola dengan persatuan justru bisa menjadi pemecah bangsa. “Tanpa persatuan mustahil ada kesejahteraan dan pembangunan”, tegasnya. (*)