TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad mengungkapkan bahwa penyelenggaraan Sidang Tahunan MPR RI, rencananya akan digelar pada tanggal 14 Agustus 2020. “Di internal MPR sudah dibicarakan berbagai persiapannya dan dua hari dari sekarang yakni hari Rabu, Ketua MPR akan bertemu Presiden RI juga akan bicarakan persiapan. Setelah itu, baru akan dibuat protokolernya,” ujarnya.
Fadel berharap, saat berpidato menyampaikan laporan kinerja lembaga negara dalam Sidang Tahunan tersebut, Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sesuatu yang menenangkan rakyat Indonesia di tengah menghadapi pandemi Covid-19.
"Yang terpenting, pidato Presiden dalam Sidang Tahunan harus dapat memberikan harapan kepada masyarakat," tegasnya.
Hal tersebut dikatakan Fadel Muhammad saat menjadi pembicara dalam acara Diskusi Empat Pilar bertema ‘Sidang Tahunan MPR: Optimisme Dan Harapan Di Tengah Pandemi’ kerjasama Biro Humas Setjen MPR RI dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen, di Media Center, Gedung Nusantara III, Kompleks Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (10/8/2020). Hadir juga sebagai pembicara Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid dan diikuti puluhan wartawan media massa nasional.
Pidato Presiden Jokowi dalam Sidang Tahunan, lanjut Fadel, juga harus membuat ‘greget’ terutama bagaimana mendongkrak secara riil perekonomian Indonesia di situasi seperti ini dan dijaga betul jangan sampai resesi.
“Hal tersebut harus menjadi perhatian serius, sebab keadaan saat ini menurut pengamatan kami semakin hari semakin memburuk. Daya beli masyarakat semakin berkurang, bidang industri banyak terimbas, contohnya hotel-hotel walaupun sudah buka namun occupancy ratenya masih rendah. Hal yang sama juga di industri penerbangan yang masih rendah pendapatannya. Masyarakat masih berhati-hati untuk bepergian menggunakan pesawat,” katanya.
Selain itu, Fadel mengingatkan, yang juga mesti diperhatikan adalah rakyat yang bergerak di Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Sampai saat ini, para pegiat UMKM masih terbelit masalah-masalah keuangan seperti pengembalian pinjaman bank, sebab belum mendapatkan bantuan lunak antara lain bunga bank yang rendah.
“Kami mendengar katanya bunga bank untuk UMKM ditetapkan sampai 3,5 persen tapi belum merata dan ada bantuan untuk membenahi UMKM sebesar satu koma sekian Triliun Rupiah. Itu belum cukup untuk membenahi UMKM yang ada. Hal inilah yang membuat para pegiat UMKM mengeluh. Koperasi-koperasi juga banyak yang mengeluh sekarang karena banyak koperasi terutama simpan pinjam yang mengalami kredit macet karena anggotanya banyak tidak mampu lagi mengembalikan dana pinjaman,” paparnya.
Fadel melihat, dampak pandemi memang sangat berat. Hal tersebut juga dialami negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, Filipina. Namun, ia menekankan, upaya-upaya negara-negara tersebut dalam memperbaiki masalah patut diperhatikan seperti, pemerintah Malaysia memberanikan diri melakukan injeksi keuangan ke usaha-usaha tertentu dengan dana dari negara.
“Saya rasa, nanti saat Sidang Tahunan itulah rakyat ingin mendengar solusi-solusi dan kemudahan-kemudahan dari pemerintah kepada rakyat terdampak yang out of the box, memiliki terobosan-terobosan luarbiasa yang secepatnya bisa mengatasi berbagai masalah akibat pandemi ini. Saya yakin dengan dukungan kuat rakyat, pemerintah pasti bisa, pada intinya masih ada harapan,” tandasnya.