TRIBUNNEWS.COM - Kertua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan imbauan pemerintah menerbitkan untuk tidak mudik lebaran tahun ini patut diterjemahkan sebagai ajakan untuk mengendalikan diri.
"Benar bahwa ada kerinduan mendalam untuk berkumpul bersama keluarga besar dan para kerabat di kampung halaman pada momentum hari lebaran. Namun, ketika puasa Ramadhan dan Idul Fitri berlangsung di tengah krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, semua orang, tanpa kecuali, diajak untuk mau mengendalikan diri dengan tetap mematuhi protokol kesehatan," ujar Bamsoet dari rilis yang diterima Tribunnews, Minggu (18/4/2021).
Selain saling mendoakan dan saling berbalas pesan silaturahmi, kerinduan dengan anggota keluarga dapat diobati dengan saling tatap muka melalui panggilan video. Menurutnya, orang tua dan kerabat di kampung halaman pasti bisa memahami mengapa momentum kebersamaan di hari lebaran tahun ini tak bisa terwujud.
"Sebenarnya, sudah terbangun saling pengertian. Faktor pandemi secara tidak langsung telah membangun kesepakatan bersama agar semua orang membatasi pergerakan masing-masing," kata Bamsoet.
Pembatasan itu menyebabkan kerabat di kampung halaman tidak leluasa bepergian ke kota, dan warga perkotaan pun tak leluasa untuk pergi kampung halaman. Karena terbangunnya saling pengertian itu, mestinya tidak ada yang tersakiti atau dikecewakan karena imbauan tidak mudik itu.
Menurut Bamsoet, totalitas pengendalian diri sejatinya dapat berbuah berkah. Dan, dari keberhasilan bersama mengendalikan diri untuk tidak mudik, pasti akan juga berbuah berkah.
"Dalam konteks memutus rantai penularan Covid-19, kesediaan semua elemen masyarakat untuk tidak mudik lebaran tahun ini pasti sangat signifikan kontribusinya dalam menekan laju penularan Covid-19.," sambungnya.
Fakta dan data terdahulu, lanjut Bamsoet, setidaknya bisa dijadikan acuan. Ketika dalam periode libur panjang pergerakan masyarakat tak terkendali, konsekuensinya adalah lonjakan jumlah kasus baru Covid-19. Maka, imbauan tidak mudik pada momentum Lebaran 2021 merupakan bentuk lain dari langkah pemerintah mengendalikan pergerakan atau mobilitas masyarakat.
Pada periode libur Idul Fitri 2020, kenaikan kasus harian mencapai 93 persen dengan tingkat kematian mingguan hingga 66 persen. Pada periode libur panjang 20-23 Agustus 2020, lonjakan kasus baru mencapai 119 persen dengan tingkat kematian mingguan naik hingga 57 persen.
"Pada libur panjang 28 Oktober-1 November 2020, lonjakan kasus Covid-19 mencapai 95 persen dengan tingkat kematian mingguan mencapai 75 persen. Dan, pada periode libur 25 Desember 2020-3 Januari 2021, kenaikan jumlah kasus harian mencapai 78 persen dengan tingkat kematian mingguan hingga 46 persen," lanjutnya.
Saat masyarakat bersiap menyongsong bulan Ramadhan 2021, tambahan jumlah kasus baru per hari mulai menurun pada kisaran 4.000-5.000 kasus.
"Bandingkan dengan catatan sepanjang Januari 2021 yang mencapai kisaran 14.000 - 15.000 kasus baru per hari. Selain itu, jumlah pasien yang sembuh pun cenderung meningkat. Pada 1 Maret 2021, sebanyak 1.151.915 atau 85,88 persen dari total pasien dinyatakan sembuh. Dan per 15 April 2021, jumlah pasien sembuh naik menjadi 1.438.254 atau 90,5 persen dari total pasien," terang Bamsoet.
Bamsoet mengutarakan bahwa perkembangan tersebut tentu saja menggembirakan, sehingga Jokowi mengajak masyarakat untuk terus menjaga dan merawat kecenderungan menurunnya tambahan kasus baru Covid-19 di dalam negeri. Ajakan itu diimplementasikan dengan imbauan tidak mudik pada periode puasa Ramadhan dan libur Idul Fitri 2021.
"Patut untuk diyakini bahwa karena kehendak baik semua elemen masyarakat untuk tidak mudik, Puasa Ramadhan hingga perayaan Idul Fitri tahun ini menjadi berkah yang akan mempercepat berakhirnya krisis kesehatan di dalam negeri akibat pandemi Covid-19," pungkas Bamsoet.
Terakhir, Bamsoet meminta masyarakat Indonesia melihat dan belajar dari pengalaman India yang hari-hari ini mencatatkan kasus baru Covid-19 dalam jumlah besar, dan menempatkan negeri itu di urutan kedua untuk jumlah kasus Covid-19 terbanyak, setelah Amerika Serikat (AS). Per Sabtu (17/4/2021), Kementerian Kesehatan India melaporkan tambahan 234.692 kasus baru Covid-19. Dengan tambahan kasus sebanyak itu, total pasien Covid-19 di India menjadi 14,5 juta. Total kasus di AS pada hari yang tercatat 31,6 juta. (*)