TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menyatakan bela sungkawa atas penembakan Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua Brigjen I Gusti Putu Danny Nugraha yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua. “Mengutuk aksi KKB yang menyebabkan putra terbaik bangsa gugur saat melaksanakan tugas,” ujar Jazilul Fawaid, Jakarta, Selasa (27/4/2021).
Pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu merasakan kesedihan atas gugurnya Putu Danny Nugraha. “Semoga amal dan jasa Beliau diterima oleh Tuhan yang Maha Esa,” tuturnya.
Atas aksi yang dilakukan oleh KKB, Wakil Ketua DPP PKB itu meminta aparat keamanan yang sedang bertugas di Papua untuk lebih waspada dan siaga dari segala kemungkinan yang selanjutnya terjadi. Selama beberapa pekan ini, KKB telah melakukan tindakan brutal tidak hanya kepada aparat keamanan namun juga kepada masyarakat sipil.
“Ulah KKB yang menembaki warga sipil telah membuat banyak korban,” ujarnya.
Beberapa warga sipil yang telah ditembak mati oleh KKB, yakni guru SMP yang bernama Yonathan Raden, pengemudi ojek Udin, pelajar SMA Ali Mom. Penembakan itu terjadi rentang waktu antara tanggal 9 April hingga 15 April di Kabupaten Puncak.
“Mereka, KKB, benar-benar tak manusiawi,” tuturnya.
Dari semakin banyaknya korban, baik dari aparat TNI, Polri, dan warga sipil, membuat Jazilul Fawaid mendorong agar aparat keamanan mengejar pelaku penembakan dan menumpas KKB di Papua secara tuntas.
“Bila tidak ditumpas secara tuntas mereka akan terus mengganggu keamanan dan semakin menjadi-jadi apalagi setelah Kabinda mereka tembak,” ucapnya.
KKB menurutnya selama ini telah banyak membuat ketakutan serta menciptakan suasana yang tidak aman sehingga mengganggu berbagai proses kehidupan masyarakat di sana.
“Kegiatan ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan menjadi terganggu akibat ulah mereka,” tuturnya.
Dengan semakin tidak terkendalinya keamanan akan mengganggu proses pembangunan tidak hanya di Papua namun seluruh Indonesia.
Pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu menegaskan KKB berulah dengan tujuan melakukan gerakan separatisme atau ingin memisahkan diri dari NKRI sehingga aktivitas mereka tidak boleh diberi ruang sejengkal tanah pun di Papua.
“Tidak ada ruang bagi gerakan separatisme di Papua dan wilayah Indonesia lainnya,” tegasnya.
Bila ada pihak-pihak yang ingin memisahkan diri dengan Indonesia, menurut Jazilul Fawaid, mereka tidak hanya berhadapan dengan TNI dan Polri namun juga seluruh rakyat Indonesia.
NKRI dikatakan oleh Jazilul Fawaid sudah final. “NKRI merupakan kesepakatan bersama,” tuturnya. Sebagai kesepakatan bersama maka seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, dari Talaud hingga Timor, wajib menjaga, merawat, dan melestarikan wilayah Indonesia.
Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia itu juga mendorong pemerintah kabupaten-kabupaten di Papua untuk terus memberikan lapangan kerja bagi masyarakat mereka tidak terbujuk oleh rayuan KKB untuk bergabung dengan mereka.
“Adanya ketimpangan ekonomi dan pembangunan bisa memunculkan orang frustasi, nah bila itu terjadi bisa membuat masyarakat salah arah,” paparnya.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat menurut Jazilul Fawaid juga salah satu upaya untuk menjauhkan masyarakat terhindar dari janji kosong dari orang-orang yang ingin memisahkan diri dari Indonesia.