Seharusnya, ujar Irwansyah, sebelum menyebarluaskan informasi tersebut pemerintah membangun agenda agar terbentuk opini publik yang lebih baik dalam merespon informasi tersebut.
Irwansyah mengusulkan penggunaan teknologi digital dalam upaya konservasi kawasan warisan budaya dunia, seperti Candi Borobudur, lewat konten edukasi yang mampu disebarluaskan kepada masyarakat.
Kepala Desa Karanganyar, Borobudur, Magelang,
Suyanto berpendapat kebijakan yang diberlakukan dua kementerian terkait Candi Borobudur saling bertolak belakang.
Menurut Suyanto, Kemenparekraf gencar mendorong peningkatan kunjungan wisatawan. Sedangkan Kemendikbud dan Dikti mengedepankan upaya pelestarian terhadap warisan budaya dunia seperti Candi Borobudur.
Suyanto sangat berharap kondisi tersebut harus segera didiskusikan bersama dengan melibatkan masyarakat, agar segera ada solusi yang lebih baik bagi semua pihak terkait pariwisata di kawasan Candi Borobudur.
Dewan Pimpinan Pusat Garnita Malahayati NasDem, Virgie Baker menilai banyak destinasi wisata nasional masih terkendala akses yang belum memadai.
Kalau pun bisa sampai ke destinasi wisata yang dituju, ujar Virgie, situs-situs warisan budaya yang ada tidak terawat dengan baik.
Padahal, jelas Virgie, potensi lapangan kerja yang bisa diciptakan lewat pariwisata cukup besar. Namun, pemerintah daerah terkesan kurang peduli terhadap warisan budaya yang ada di wilayahnya.
Diakhir diskusi, jurnalis senior Saur Hutabarat mengungkapkan temuan Balai Konservasi Borobudur yang mencatat ada 3.000 noda bekas permen karet dan banyak sampah di Candi Budha itu.
Pengelolaan pengunjung dan pelestarian situs, tegas Saur, harus dilakukan secara bersamaan.
Saur mengusulkan agar kebijakan tarif sebagai bagian upaya konservasi tetap diberlakukan dengan pengaturan yang lebih baik. *