TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
Pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan daya 220 volt ampere
(VA) sampai 900 VA boleh bersorak girang. Pasalnya, tarif dasar listrik
(TDL) mereka tidak ikutan naik.
DPR hanya menyetujui kenaikan
tarif setrum pada 1 Juli 2010 nanti untuk golongan pelanggan berdaya
1.300 VA ke atas, mulai 6 persen hingga 20 persen atau rata-rata sebesar
10 persen. Kecuali, pelanggan yang masuk golongan rumah tangga dengan
daya di atas 6.600 VA dan bisnis serta pemerintah berdaya 6.600 VA-200
volt ampere (kVA).
Menurut Ketua Komisi Energi (VII) DPR Teuku
Rifky Harsya, anggaran subsidi listrik tahun ini sebesar Rp 55,1 triliun
dibagi secara sistematis yang berkeadilan ke semua golongan pelanggan
PLN. "Serta tetap menjaga daya saing industri nasional," ujarnya dalam
rapat dengan pemerintah soal kenaikan TDL, Selasa (15/6/2010).
Tapi
sejatinya, keputusan DPR ini tak bulat karena ada dua fraksi, yakni
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), yang menolak kenaikan TDL.
Dasar penolakan
mereka: pemerintah seharusnya bisa menutup kekurangan subsidi listrik.
Caranya, dengan meningkatkan penggunaan gas dan batubara serta panas
bumi untuk bahan bakar pembangkit listrik. Lalu, PLN juga harus
meningkatkan efisiensi.
Direktur Jenderal Pemanfaatan Listrik dan
Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jacobus
Purwono menyatakan, kenaikan TDL itu tidak memberatkan. Contoh, untuk
pelanggan rumah tangga berdaya 1.300 VA. Meski TDL-nya naik 18 persen,
namun secara nominal kenaikannya cuma Rp 24.000 perbulan. Lalu, "Untuk
pelanggan rumah tangga 2.200 VA hingga 5.500 VA, estimasi kenaikan
rekening, listriknya antara Rp 43.000 hingga Rp 87.000," kata dia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan, kenaikan TDL pasti berdampak besar pada industri plastik. Pasalnya, listrik merupakan komponen biaya produksi terbesar kedua setelah bahan baku resin plastik. "Komponen harga listrik dalam industri plastik mencapai 15 persen" ungkap Fajar.
Nah, begitu TDL naik mulai bulan depan, Fajar memperkirakan, produsen plastik bakal mengerek harga jual produknya rata-rata sebesar 5 persen, meski sejak tiga bulan terakhir pasar dalam negeri sedang lesu darah digempur barang China.
Selama ini, Fajar mengungkapkan, industri plastik dalam negeri sudah keteteran bersaing dengan produk impor. Misalnya, terpal plastik. China berani menjual dengan harga lebih murah 30 persen. "Dengan naiknya TDL, jadi makin susah bersaing dengan China," keluhnya. (*)