TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden SBY
memastikan menolak wacana yang disampaikan oleh Ketua Umum DPP Partai
Demokrat Bidang Infokom, Ruhut Sitompul terkait wacana amandemen
memperpanjang masa jabatan Presiden lebih dua periode.
"Setiap
orang boleh punya pemikiran, tapi jangan berhianat. Untuk kepentingan
pribadi yang diubah undang-undangnya, peraturan pemerintah, peraturan
presiden, apapun. Kita tidak ingin. Apakah etis, seorang pejabat yang
mau berakhir (masa jabatannya) dikasih saluran barangkali, meski dipilih
secara demokratis, tapi tolong ditimbang-timbang, kepantasan, kepatutan
dan etika," kata Presiden dalam pidatonya memperingati Hari Konstitusi
di Gedung DPD/MPR, Rabu (18/8/2010).
Ia menegaskan, kekuasaan, apalagi
besar kekuasaan itu, cenderung dalam penyelewengan dan penyimpangan.
Makin besar, makin absolut kekuasaan ditangan seseorang, itu makin besar
godaannya.
"Godaannya makin besar untuk dilakukan
penyalahgunaan. Oleh karena itu, amandemen perubahan ke satu, kedua,
ketiga, dan ke empat dalam UU Dasar kita, apapun istilahnya, kalau kita
pahami, merampungkan kekuasaan Presiden," tandas Presiden.
Setelah
enam tahun menjadi Presiden, SBY mengaku, kontrol dan keseimbangan
semakin baik. Tidak lagi, semua berada di tangan Presiden.
"0leh
karena itu, kalau ada fikiran dari siapapun, apakah mungkin masa
jabatan itu diubah, tidak perlu ada pembatasan, maka seorang SBY, saya
kira sependapat untuk menolak dan menentang fikiran-fikiran seperti
itu," Presiden menandaskan.
SBY: Dalam Politik Jangan Berkhianat
Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Johnson Simanjuntak
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger