TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Mahkamah Agung, Harifin Tumpa, mengaku sedih ketika menyampaikan laporannya terkait kasus dugaan suap Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Syarifuddin, di dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP), dengan Komisi III DPR RI. Itulah sebabnya ia sempat meneteskan air matanya di hadapan anggota dewan terhormat tersebut.
"Saya bersedih karena kondisi lembaga peradilan masih ada yang seperti itu," kata Tumpa usai shalat Jumat di masjid MA, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Jumat, (10/6/2011).
Menurutnya, Syarifuddin, hanyalah bagian kecil dari sekian banyak Hakim di Tanah Air, yang perilakunya tak sesuai dengan pedoman kode etik hakim.
"Ibaratnya sebuah pohon, katakanlah mangga. Dia berbuah manis dan utuh, tentu satu dua busuk atau dimakan kelelawar," ujarnya.
Oleh karenanya ia tak menggagap, reformasi peradilan gagal, becermin dari kasus Syarifuddin.
"Kegagalan tak hanya diukur perbuatan seseorang, itu harus dilihat secar menyeluruh," katanya.
Pihak MA, akunya telah membentuk tim, untuk mengusut tuntas kasus dugaan suap tersebut.
"Sudah kita bentuk tim investigasi dan sudah bekerja dan mendapatkan laporan sementara. Ini akan menjadi bahan evaluasi MA apakah dalam penanganan perkara ini sudah sesuai dengan prosedur hukum atau tidak. Bisa saja prosesnya benar tetapi perbuatannya tidak benar, sepeti hakim Asnun putusannya benar tapi perbuatannya yang salah menerima duit," beber Tumpa.