Laporan Wartawan Tribunnews.com Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polri menyatakan ada dua orang yang diduga membantu aksi bom bunuh diri Ahmad Yosepa Hayat di gereja GBIS Kepunton, Solo, Jawa Tengah, pada 25 September 2011 lalu.
Karena kelompok pelaku bom Solo ini diyakini kelompok yang sama dengan aksi bom bunuh Muchammad Syarief di masjid Adz-Zikro, Mapolres Cirebon, Jawa Barat, pada 15 April 2011 lalu, maka total orang yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) kepolisian kasus bom Solo ini menjadi enam orang.
"Kemarin (bom Cirebon/red) empat orang, kemarin (bom Solo) tambah lagi dua orang," ujar Kadiv Humas Polri, Irjen (Pol) Anton Bachrul Alam, di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (30/9/2011).
Kesimpulan ini diperoleh polisi berdasarkan pemeriksaan saksi dan alat bukti.
Namun, karena masih pengembangan penyelidikan polisi, Anton menolak membeberkan identitas dan peran kedua DPO baru yang membantu aksi bom bunuh diri Hayat tersebut.
Saat ditanya wartawan, apakah para pelaku yang DPO itu sempat menemani Hayat ke gereja dan sempat naik kereta dari Cirebon ke Solo sebelum peledakan, Anton menjawab, "Ini masih didalami. Dari saksi-saksi, akan didalami berangkat jam berapanya. Itu semua akan ditindaklanjuti."
Sebelumnya, Polri menyatakan pelaku bom Solo terkait dengan kelompok bom Cirebon.
Hingga saat ini, bom Cirebon itu sendiri masih menyisakan empat orang DPO dan diyakini masih menyimpan tujuh bom pipa yang belum dipakai.
Keempat DPO bom Cirebon tersebut, yakni Yadi alias Hasan alias Abu Fatih alias Vijay, Beni Asri, Nanang Irawan alias Nang Ndut alias Rian, dan Heru Komarudin, yang merupakan adik ipar Musola.
Keempat DPO ini memiliki spesialisasi dan peranan masing-masing, dari mulai pemberi perintah, pemberi pelatihan perakitan bom, perakit bom, hingga pelaku yang menyembunyikan sisa bom Syarif.