News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Papua Memanas

Astaga, 70 Tentara Amerika Serikat Jaga PT Freeport

Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Ade Mayasanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivis Relawan Pejuang Demokrasi (Repdem) melakukan aksi teatrikal yang menggambarkan penderitaan rakyat Papua saat unjukrasa di depan kantor PT Freeport Indonesia, di gedung Plaza 89, Jakarta Selatan, Rabu (2/11/2011). Repdem menginginkan pemerintah memutus kontrak dengan Freeport dan menasionalisasi perusahaan asing tersebut. (tribunnews/herudin)

Laporan Wartawan Tribunnews.com Rachmat Hidayat

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam rapat Tim Pengawas Papua yang dipimpin Wakil Ketua DPR, Priyo Budisantoso terungkap, ada 70 pasukan Amerika Serikat yang masih aktif, kini berada di perusahaan PT Freeport. Hal ini diungkap oleh politisi Partai Hanura Ali Kastela. Wakil Ketua DPRD Papua, Jimmy J, saat dikonfirmasi tribun usai rapat, membenarkan hal tersebut.

Jimmy menjelaskan, tak tahu persis sejak kapan keberadaan 70 pasukan Amerika Serikat di PT Freeport. Ia menduga wajar bila ada pasukan Amerika Serikat yang mengamankan  PT Freeport.

"Jangankan pasukan asing, pasukan TNI aktif, kabarnya juga ikut menjaga PT Freeport," kata Jimmy.

Dalam rapat dengar pendapat itu, pihak pemerintah diwakili oleh Menkopolhukam Djoko Suyanto, Menkumham, Amir Syamsuddin, Mendagri Gamawan Fauzi, Panglima TNI Agus Surhartono. Selain itu, hadir juga Ketua KPU Hafiz Ansyari.

Jimmy menjelaskan, terlepas sejak kapan keberadaan pasukan Amerika Serikat di PT Freeport, Papua, kini memang sedang dalam intaian pihak asing, Amerika Serikat dan Australia.

"Dan sebenarnya, yang patut diwaspadai bukanlah OPM bersenjata. Tapi, OPM berdasi. Mereka masuk ke dalam birokrasi di Papua, mendapat jabatan enak, tapi sengaja tak menjalankan kebijakan. Dengan harapan, rakyat Papua marah," kata Jimmy.

Permasalahan di Papua, sebenarnya dapat diselesaikan bila pemerintah bersikap konsisten dalam melaksanakan Otsus Papua. Namun kenyataannya, pelaksanaannya tak dilakukan dengan baik, sehingga rakyat Papua marah.

"Kompleksitas masalah di Papua kini masih terjadi, angka buta huruf masih tinggi, dan masih banyak yang susah. Selama perut orang Papua, belum bisa kenyang, maka selama itu Pula orang Papua akan terus minta merdeka," imbuhnya seraya mengatakan, pasukan AS di Freeport diduga memata-matai kisruh Papua.

"Dan bukan tidak mungkin, 70 orang pasukan  Amerika Serikat di PT Freeport, bertugas untuk memata-matai. Bagi orang Papua, Amerika punya sejarah. Kita mau curiga atau tidak, mereka (70 pasukan Amerika di PT Freeport) tugasnya adalah menjaga persoalan perusahaan negaranya," sergahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini