Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Setiaji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Usai menghadiri pameran mobil di India, Kadishub DKI Udar Pristono menilai penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG) di India patut ditiru untuk diterapkan di Jakarta.
Pristono menerangkan, penggunaan BBG untuk kendaraan itu ada dua jenis, yakni BBG jenis CNG (Compressed Natural Gas) dan BBG jenis LGV (Liquid Gas for Vehicles). BBG jenis CNG merupakan gas alam yang keluar dari mulut bumi. Gas ini diperoleh saat terjadi pengeboran.
"Gas CNG ini tidak diolah lagi langsung dijual. Kalau gas LGV itu asalnya dari minyak mentah. Dari minyak mentah itu diolah lagi dan bisa menjadi solar, premium, atau gas," ujar Pristono, Selasa (17/1/2012).
Dikatakannya, kendaraan di India mayoritas menggunakan gas jenis CNG. Menurut dia, CNG tidak dalam bentuk cair, sehingga risiko bahayanya lebih kecil dibanding LGV yang bentuknya masih cair.
"CNG ini kalau bocor di kendaraan langsung menguap. Kalau LGV karena bentuknya cair, risiko bahayanya lebih tinggi. Saya tinjau pabrik mobil dan bajaj di India, seluruhnya menggunakan gas CNG," ucapnya.
Pristono menambahkan, bila memakai bahan bakar premium dan terus disubsidi, maka negara bisa rugi. Pasalnya, kebanyakan yang memakai BBM bersubsidi merupakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum.
"CNG ini juga lebih murah, Rp 3.100/liter. Premium sudah disubsidi masih Rp 4.500/liter. Sedangkan LGV harganya masih sekitar Rp 4.000/liter," tandasnya.(*)