TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan selama 9 tahun menjadi Presiden korupsi lebih banyak terjadi di daerah dibandingkan di pusat.
"Apa yang saya sebut dengan kenyataan di negeri kita 10 tahun terkahir dimana kasus korupsi, sesuai dengan surat izin yang saya keluarkan maupun diproses KPK yang tanpa mengunggu izin Presiden, lebih banyak terjadi di daerah," kata SBY dalam sambutan pada "Puncak Peringatan Hari AntiKorupsi dan Hari HAM Se-Dunia Tahun 2012" di Istana Negara Jakarta, Senin (10/12/2012).
SBY menyebut di masa lalu, pada zaman otoritarian, kasus korupsi lebih banyak terjadi di pusat dan lebih banyak dilakukan eksekutif.
"Kini kasus korupsi tersebar. Ada di pusat ada di daerah, ada di lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, atau dunia usaha atau kehidupan masyarakat yang lain," kata SBY.
Mengapa hal itu terjadi? Menurut SBY ini menggambarkan bergesernya distibusi kekuasaan di Indonesia. "Era dulu adalah era kuat eksekutif dan era sentralisme. Itulah dimana kekuasaan berada. Ada di Jakarta. Sekarang ada di mana-mana (kekuasaan)," kata SBY.
Jadi, lanjut SBY, korupsi terjadi diantara pemegang kekuasaan itu ada yang menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya. "Sedangkan kekuasaan itu menggoda," kata SBY.
SBY berharap semua jajaran penegak hukum, lembaga audit, jajaran institusi pengawas agar memberikan atensi sungguh-sungguh dan betul-betul di arena yang rawan akan korupsi. (Aco)
baca juga: