TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA--Demokrat menilai pernyataan Anas Urbaningrum saat mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua umum merupakan luapan emosi. Anas sempat menyatakan dirinya merupakan bayi yang tidak diharapkan oleh Demokrat.
"Luapan emosi. Kita berharap masyarakat tidak memberikan hukuman dari wacana itu. Mari sama-sama kita doakan mudah-mudahan itu tidak benar. Jangan teriak-teriak gantung di Monas," kata Ketua Fraksi Demokrat Nurhayati Ali Assegaf di Gedung DPR, Jakarta, Senin (25/2/2013).
Nurhayati menegaskan Ketua Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono tidak pernah melakukan intervensi hukum. Ia pun yakin pernyataan Anas tidak ditunjukkan kepada SBY.
Nurhayati kemudian mendorong Anas untuk tabah menghadapi proses hukum. Ia juga menilai KPK profesional dalam menjalani tugasnya. "Kalau enggak salah Anas bisa direhabilitasi namanya," katanya.
Wasekjen Demokrat itu juga menegaskan bahwa SBY merestui ketika Anas menjadi Ketua Umum periode 2010-2015.
"Hubungan baik antara orang tua-anak. Ini emosi sesaat dari Anas. Apa yang diucapkan tidak ditunjukan ke SBY. Lembaran baru mungkin ditujukan ke beliau (Anas), karena lembaran baru pada saat beliau jadi tersangka," katanya.
Nurhayati juga mengaku belum mengetahui kapan KLB digelar untuk menggantikan Anas Urbaningrum. Ia pun menjelaskan syarat menjadi ketua umum yakni kader Demokrat yang dikenal oleh DPC dan DPD.
"Kami belum meyebut siapa untk KLB. Ibas tetap sekjen hingga sampai 2015. Sama sekali belum berbicara. Kita semua memikirkan siapa yang pantas jadi Ketum yang pilih DPC dan DPD siapa yang kira-kira jadi ketum," pungkasnya.