TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kaum muda Partai Demokrat sangat menyayangkan Anas Urbaningrum mengecilkan partai dengan langkah-langkah tak terpuji, misalnya akan membuka 'halaman-halaman berikutnya' dengan nada ancaman terhadap simbol partai.
Seharusnya, setelah KPK menetapkannya sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi Hambalang, Anas mengurusi proses hukumnya, dan tidak koar-koar, seperti yang dilakukan Andi Mallarangeng, yang juga tersangka dalam kasus yang sama.
"Yang disampaikan Anas harus dilakukan cara bermartabat. Katakan lah harus seperti Andi Mallarangeng, mengumpulkan lawyer untuk masalah hukumnya. Harusnya Anas melakukan itu, bukan menjadi titik kepentingan," ujar Rachland Nashidik di Warung Daun, Jakarta, Rabu (27/2/2013).
Sekretaris Departemen Pemajuan dan Perlindungan HAM DPP Partai Demokrat menambahkan, apa yang dilakukan Anas justru membuat kans Demokrat mengecil, sebagai penyeimbang partai-partai untuk kembali memenangkan Pemilu pada 2014.
Menurut Rachland, pernyataan Anas ditetapkan sebagai tersangka yang didahului proses politik dan masuk kategori kriminalisasi, justru merendahkan kredibilitas KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi, yang selama delapan tahun sudah memberikan banyak manfaat.
Pendapat Rachland diamini Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla, yang mengatakan sosok Anas dan Andi sebagai tokoh premium Demokrat, sangat berbeda ketika mendapat dan tersangkut masalah hukum.
Menurut Ulil, ada perbedaan dua tokoh penting dari sosok Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Keduanya memang tersangka, dan memilih mundur dari Partai Demokrat. Tapi, Andi mundur dengan gracefull exit, cara yang terhormat.
"Mas Anas ini saya melihatnya ungracefull exit, kurang terhormat. Itu kami sayangkan, karena keduanya kader premium Partai Demokrat. Tapi, tampaknya ujian politik membuat Mas Anas tidak lolos. Mas Andi Mallarangeng bisa dikatakan lolos," paparnya. (*)